Techno
Gadis Asal Kebumen Siapkan Pesaing Berat Bagi Whatsapp Lewat Aplikasi Callind Ciptaannya
Callind (Calling Indonesia), sebuah aplikasi chatting karya anak bangsa diluncurkan Kominfo bertepatan pada Hari Kartini
TRIBUNJOGJA.COM - WhatsApp masih menjadi aplikasi chatting favorit masayarakat.
Tapi tampaknya, aplikasi tersebut kini memiliki pesaing berat yang cukup menjanjikan digunakan untuk berkomunikasi.
Callind (Calling Indonesia), sebuah aplikasi chatting karya anak bangsa diluncurkan Kominfo bertepatan pada Hari Kartini tanggal 21 April lalu.
Momen tersebut dipilih, mengingat Callind diciptakan seorang gadis asal Kebumen, Jawa Tengah bernama Novi Wahyuningsih.
Baca : Survei Litbang Kompas: Jokowi Melejit, Prabowo Melorot
Dikutip dari berbagai sumber, sejatinya Callind dirintis tahun 2016 dan sampai sekarang masih dalam proses perbaikan.
Meski dalam proses perbaikan, aplikasi tersebut sudah tersedia di Google Store dan bisa didownload oleh semua pengguna android.
Tercatat, sudah lebih dari 350 ribu pengguna mendownload aplikasi yang memiliki rating bintang 4 tersebut.
Konon, dalam waktu dekat Callind juga tersedia untuk iOS dan tak menutup kemungkinan digunakan oleh jutaan manusia.
Baca : Jatuh Sakit, Hotman Paris Titip Pesan Ini untuk Jokowi dan Prabowo
Apa sih keistimewaannya?
Sama seperti aplikasi chatting lainnya, Callind menawarkan komunikasi yang efektif dan efisien.
Kirim pesan, foto, video dan broadcast message bisa dikirim dan diterima dengan cepat oleh penggunanya.
Tak hanya itu, Callind diklaim dapat digunakan sebagai media untuk membangun usaha karena mendukung iklan dan jual beli produk.
Jadi, tak hanya media komunikasi semata tapi juga menawarkan layanan untuk membangun bisnis mikro.
Masih dalam proses pengembangan, Callind masih memiliki kekurangan khususnya dalam bugs seperti yang dirangkum dari komentar pengguna.
Cukup sediakan ruang 30 MB dan kuota atau jaringan internet untuk menikmati layanan Callind.
Nyaris Gagal Kuliah Hingga Kerja Jaga Warnet
Di usianya yang masih muda, 25 tahun, Novi Wahyuningsih, gadis asal Desa Tepakyang, Adimulyo Kebumen telah meraih puncak kesuksesan.
Alumnus Diploma 3 Akuntansi Universitas Gajah Mada (UGM) ini merupakan programmer handal sekaligus CEO di tiga perusahaan Teknologi Informasi (IT) yang bermarkas di Semarang dan Jakarta.

Satu di antara produk IT unggulannya adalah situs jejaring sosial Callind. Meski belum diluncurkan resmi, aplikasi yang baru berusia setahun itu sudah dipakai 138 ribu pengguna internet di 15 negara di belahan dunia.
Namun, capaian tersebut tak membuatnya jemawa. Novi tetaplah perempuan desa yang suka menundukkan kepala.
Keberhasilan Novi ini tentu saja tak diraih begitu saja. Hidupnya sempat jatuh bangun hingga ia mencapai titik balik kehidupan.
Sebelum 2009, saat masih duduk di bangku sekolah, Novi sempat merasa tenang dalam zona nyaman. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang cukup berada di desanya.
Namun kondisi itu berbalik 180 derajat ketika ia memasuki kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sejumlah unit usaha orang tuanya mengalami kebangkrutan hingga ekonomi keluarga jatuh. Nyaris seluruh aset keluarga dijual untuk menutup kerugian dan kebutuhan lain.
Novi terancam tak bisa melanjutkan kuliah karena ketiadaan biaya. Namun gadis itu tak patah arang.
Bagaimanapun, ia harus kuliah untuk membalikkan nasib keluarganya di masa yang akan datang.
Ia menjajal mendaftar di sekolah kedinasan yang dibiayai pemerintah. Namun ikhtiarnya gagal.
"Pertana kali Novi berani pergi jauh saat itu. Saya nekat naik motor sendiri ke Semarang untuk mendaftar di sekolah kedinasan," katanya.
Masuk UGM
Gagal masuk di sekolah kedinasan, Novi kemudian mengikuti seleksi calon mahasiswa di UGM Yogyakarta hingga dinyatakan lolos. Diterima di perguruan tinggi unggulan cukup melegakan Novi.
Namun, tetap saja ia ketir-ketir. Meski orang tua mendukungnya untuk mengejar pendidikan tinggi, namun mereka angkat tangan jika harus menanggung biaya kuliah yang mahal.
Novi sempat pasrah jika impiannya bisa kuliah tahun itu gagal karena tak mampu bayar administrasi pendaftaran.
Hingga batas akhir masa registrasi, Novi baru menemukan solusi atas permasalahannya. Ibunya rela menjual perhiasan yang tersisa demi menutup biaya daftar ulang kuliah anaknya.
"Di hari terakhir masa registrasi, ibu saya jual perhiasan. Lalu saya berangkat ke Yogya meski waktu mepet. 10 menit saja saya terlambat berangkat, layanan ditutup dan saya bisa gagal kuliah," katanya.
Berhasil menyandang predikat mahasiswa baru tak membuat langkah berat Novi terhenti.
Orang tuanya hanya mampu memberi uang saku Rp 200 ribu sebulan.
Angka itu tentu kurang dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mahasiswi di perantauan.
Novi memutuskan keluar dari zona nyamannya. Ia harus putar otak untuk mencari uang tambahan agar kantongnya aman. Sejak saat itu, Novi mulai berkenalan dengan bisnis Multi Level Marketing (MLM).
Namun dalam perjalananya, meski cukup menghasilkan, Novi memutuskan meninggalkan bisnis itu karena tak sesuai hati nurani.
Tetapi Novi bersyukur bisa mencuri ilmu marketing dari bisnis tersebut. Kepercayaan dirinya pun terpupuk.
Ia yang mulanya hanya pribadi pendiam jadi supel terhadap semua orang.
Pola pikir Novi yang fakultatif perlahan mulai terbuka. Ia melihat ada banyak pintu kesuksesan di luar sana, selain harus mengejar prestasi akademik.
"Semester pertama IPK saya cumlaude. Seterusnya menurun karena banyak kesibukan di luar. Namun tidak masalah karena saya mendapat skill lain di luar kuliah," katanya.
Berhenti dari MLM, Novi memilih bekerja paruh waktu sebagai penjaga warnet saat duduk di semester 3.
Meski bayaran tak seberapa, Novi bisa belajar banyak hal dari pekerjaannya ini. Ia memanfaatkan waktunya di depan layar komputer itu untuk menyelami banyak ilmu pengetahuan dari internet.
Novi terinspirasi programmer dunia Mark Zuckerberg yang berhasil menciptakan situs jejaring sosial Facebook atau Jack Ma pemilik perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok Alibaba Group.
Mereka berhasil jadi miliarder dari hasil otak atik dunia internet.
Sejak saat itu, Novi mulai belajar memprograman secara otodidak yang diawali dari membuat blog atau website.
"Mereka bisa menjadi miliarder dan memberi manfaat bagi banyak orang, saya penasaran. Saya terinspirasi dan belajar terus secara otodidak,"katanya
Di Malaysia
Kemampuan IT Novi kian terasah usai lulus kuliah dan bergabung dengan perusahaan IT yang bermarkas di Malaysia, 2011.
Perusahaan itu juga fokus mengembangkan situs jejaring sosial. Novi berkesempatan menimba pengetahuan dari sejumlah programmer handal di perusahaan tersebut.
Novi saat itu sebetulnya sudah ingin mengembangkan aplikasi jejaring sosial secara mandiri, namun terkendala modal dan pengetahuan regulasi yang kurang.
Tahun 2012, Novi berhasil mendirikan PT Wahyu Global Abadi di Kebumen yang bergerak di bidang pengembangan sofware dan maintenance hardware.
Perusahaan itu membuka kerjasama dengan instansi pemerintah maupun perusahaan swasta.
Keuntungan dari perusahaannya ini ia pakai untuk mengembangkan bisnis baru.
Ia berhasil mendirikan dua perusahaan IT lain, yakni PT Rise Solution International dan PT Callind Network International.
Maret 2016, Novi berhasil menciptakan aplikasi media sosial yang menggabungkan fitur chat, call dan pasang iklan atau jual beli produk.
Novi ternyata juga pernah menjajal peruntungan di dunia politik.
Ia pernah mengikuti pertarungan pemilihan Anggota DPR di wilayah Dapil Jawa Tengah VII, 2014 silam.
Sayang, ia yang tercatat sebagai caleg termuda saat itu harus tersisih karena suara kurang.
"Saya saat itu prihatin, kenapa calonnya gak ada putra daerah. Saya lalu mendaftar sekaligus buat menambah jaringan," katanya. (*)