Trauma tentang Gempa di Yogyakarta, Ini Kata Psikolog dari UGM

Padahal, lanjutnya, Indonesia berada di lempeng yang berpotensi gempa, sehingga kita akan sering menghadapi hal seperti ini.

Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
BMKG
Lokasi Gempa, Jumat (15/12/2017) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Psikolog dari UGM Noor Rahmani mengatakan gempa 2006 lalu menimbulkan trauma karena selain kekuatannya yang besar, juga menimbulkan banyak orang meninggal.

Tak sedikit masyarakat yang menghadapi sanak keluarganya meninggal karena gempa di tahun itu.

Noor mengatakan, bagi orang yang mengalami trauma, kejadian itu akan terekam dan suatu saat akan kembali muncul ketika menghadapi hal yang serupa.

Padahal, lanjutnya, Indonesia berada di lempeng yang berpotensi gempa, sehingga kita akan sering menghadapi hal seperti ini.

"Namanya trauma itu sulit dilepas apalagi sampai ada korban jiwa yang mereka kenal, itu akan melekat terus," ujarnya.

Baca: Nihil, Kerugian Paska Gempa di Bantul

Ia menyebut, bahwa ketegaran orang dalam menghadapi suatu kejadian atau masalah berbeda-beda.

Trauma yang tidak sembuh lebih dari enam bulan, sebaiknya dibantu oleh psikolog.

Selain itu, peran keluarga dalam melakukan pendampingan sangat diperlukan.

Ia mengatakan bahwa pemerintah selama ini sudah menerapkan sistem siaga bencana dengan langkah-langkah mitigasi bencana, namun hal lain yang harus disiapkan adalah mengobati rasa trauma yang dialami korban gempa 2006.

"Orang yang memiliki jiwa yang siap maka akan tenang menghadapinya, pikiriannya akan jalan untuk menghadapi masalah. Tapi ada orang yang kalau bingung maka akhirnya tidak melakukan apapun, atau malah yang terjadi adalah kekacauan," tukasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved