Pakar : Pembangunan Underpass Kentungan Diharapkan Pakai Teknologi yang Bukan Biasa
Pembangunan yang memakan waktu akan menjadi tantangan, mengingat kondisi jalan di simpang Kentungan terutama saat pagi dan sore hari padat.
Penulis: dnh | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Underpass Kentungan, Sleman direncanakan akan mulai dibangun pada tahun depan.
Sebagai daerah yang selama ini padat kendaraan, kehadiran proyek pembangunan di Kentungan tentu menimbulkan ancaman kemacetan.
Hal ini menurut pakar transportasi Danang Parikesit harus menjadi perhatian pemerintah.
Ditemui di komplek Kepatihan, Danang menyoroti tiga hal soal rencana pembangunan underpass dan dampak selama pembangunan.
Pertama, terkait Perempatan Kentungan mau tidak mau juga akan berkaitan dengan keberadaan kampus Universitas Gadjah Mada.
Proses perencanaan manajemen lalu lintas diharapkan juga bekerja sama dengan UGM, terutama untuk manajemen lalu lintas di dalam kampus sendiri.
Karena Danang melihat sampai saat ini belum sepenuhnya terintergrasi dengan manajemen yang dilakukan Kabupaten/Kota.
"Yang kedua yang saya cukup khawatir adalah manajemen lalu lintas saat konstruksi, itu kan jadi persoalan besar," katanya.
Menurutnya proses konstruksi tidak akan berlangsung singkat atau dengan kata lain harus membutuhkan waktu yang lama, menurut pria yang juga menjadi Anggota Tim Percepatan Pelaksanaan Program Prioritas Pembangunan DIY ini Pemda DIY dan Kabupaten/Kota harus meluangkan waktu yang cukup saat proses konstruksi berjalan.
"Dugaan saya proses konstruksi tidak selesai dalam waktu satu tahun. Mungkin dua tahun anggaran, kalaupun anggaran memungkinkan," katanya.
Pembangunan yang memakan waktu ini tentu akan menjadi tantangan, mengingat bagaimana kondisi jalan di simpang Kentungan terutama saat pagi dan sore hari padat.
Sehingga pembangunan konstruksi diharapkan bisa dengan teknologi yang tidak biasa sehingga bisa sedapat mungkin mengurangi gangguan lalu lintas selama konstruksi.
"Pembangunan konstruksi kan ada dua pilihan, kalau untuk membangun underpass, prosesnya itu bisa dilakukan dengan open bit, dibuka kemudian ditutup atau menggunakan tunneling. Itu teknologi tunneling sudah banyak kita lakukan jadi kita harapkan aplikasi teknologi yang dipakai bukan teknologi yang biasa, karena sedapat mungkin mengurangi gangguan lalu lintas selama kontruksi," katanya.
Sementara hal terakhir atau ketiga, menurut Danang efektivitas dari underpass Kentungan tidak bisa lepas dari sistem jaringan jalan perkotaan DIY secara keseluruhan.
Diharapkan angkutan umum dan Trans Jogja tidak terganggu dengan pembangunan.(*)