Jika di Magelang Ada Angin Besar, Sleman Berpotensi Terdampak Puting Beliung. Ini sebabnya

Sementara jika di Muntilan terjadi angin besar, yang berpotensi terdampak puting beliung Sleman

Penulis: app | Editor: Ari Nugroho
Tribun Jogja/ Jihad Akbar
ILUSTRASI: Mbah Diro (75) warga Sumberadi Mlati, Sleman menunjukkan atap rumahnya. Ratusan genteng rumah miliknya sempat terbang saat angin puting beliung terjadi, Jumat (6/5/2016) sore. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Memasuki musim penghujan selain bencana tanah longsor dan banjir, risiko bencana angin puting beliung juga masih mengintai Kabupaten Sleman.

Joko Lelana, Kepala Seksi Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman menjelaskan, terdapat beberapa kawasan yang dianggap rawan bencana puting beliung.

Di sisi barat, mulai dari kawasan Kecamatan Tempel, Kecamatan Seyegan, hingga Kecamatan Mlati dianggap memiliki potensi ancaman puting beliung.

Sementara di sisi barat Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah juga dianggap cukup berisiko.

"Sisi barat mulai dari Tempel, Seyegan dan Mlati sering sekali, begitu masuk musim penghujan di situ pasti terjadi (puting beliung). Sisi timur Tirtomartani Selomartani, tamanmartani dan Berbah. Kalau yang di tengah malah jarang. Pakem gitu malah jarang," jelasnya beberapa waktu lalu.

Lanjut Joko, jika di Sleman terjadi angin besar biasanya yang berpotensi terdampak puting beliung justru daerah Magelang.

Sementara jika di Muntilan terjadi angin besar, yang berpotensi terdampak puting beliung Sleman.

Sementara, untuk pemetaan jalur potensi puting beliung, Joko menjelaskan pemetaan bisa menggunakan metode melihat sejarah-sejarah sebelumnya dan melihat tata guna lahan di suatu wilayah.

"Sebetulnya kita sudah memetakan jalur potensi puting beliung. Pertama bisa melihat sejarah dan tata guna lahan. Jadi puting beliung terjadi apabila ada tekanan di suatu wilayah dengan profil berbeda yang satu persawahan dan yang satu perumahan," jelasnya.

"Begitu pagi panas itu kan biasanya di daerah perumahan akan mengembang tekanannya tinggi dan dari tekanan rendah mengalir ke tekanan tinggi itu yang menyebabkan angin kencang. Harus ada perbedaan yang satu perumahan satu persawahan tapi dalam radius yang luas," bebernya.

Lanjutnya, memasuki musim penghujan pihaknya juga rutin menggelar apel siaga.

Surat edaran kewaspadaan pun dikirmkan ke semua camat dan desa. Komunitas-komunitas pun digerakkan untuk selalu siap siaga. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved