Tim Ekspedisi Medhangkamulan Kuak Peradaban Mataram Kuno
Prasasti itu antara lain, Prasasti Wuatan Tija, Tihang, hingga Salingsingan, yang terdapat di Candi Asu.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Azka Ramadhan
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Beberapa waktu lalu, warga Dusun Ngandong, Desa Argomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang sempat digemparkan oleh penemuan sejumlah bebatuan yang diduga merupakan reruntuhan candi di sebuah lahan perkebunan milik seorang warga.
Penemuan tersebut berawal penelitian yang dilakukan Dwi Yatimantora, seorang pemerhati budaya dan sejarah dari sebuah tim yang dinamakan Ekspedisi Medhangkamulan.
Sekadar informasi, bahwa sebelumnya, mereka juga pernah menguak beberapa peninggalan purbakala lain di wilayah Magelang dan sekitarnya.
Diantara yang terbesar adalah penemuan pemandian raja-raja atau sering disebut sebagai Patirtan Taman Sari, di Dusun Bendungan, Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, pada Okteber 2016 silam.
Sejak saat itu, Tim Ekspedisi Medhangkamulan semakin intens melakukan penelitian.
Tora, panggilannya sehari-harinya mengungkapkan, ia bersama seluruh personel Tim Ekspedisi Medhangkamulan berhasil menguak sejumlah peninggalan setelah mempelajari beberapa prasasti yang ditemukan di sekitaran lereng Gunung Merapi.
Prasasti itu antara lain, Prasasti Wuatan Tija, Tihang, hingga Salingsingan, yang terdapat di Candi Asu.
"Jadi, Prasasti Tihang dan Salingsingan menngisahkan, pembangunan bangunan suci milik Sri Prameswari atau selir Sri Maharaja Kayuwangi. Disebutkan juga, tentang pemberian perdikan bebas pajak, untuk daerah Tiruranu, yang sekarang dikenal sebagai dusun Trono, di Kecamatan Dukun," katanya.
Cerita lengkap penelitian soal Kerajaan Mataram Kuno tersaji dalam Liputan Khusus di Tribun Jogja edisi Selasa (14/2/2017). (*)