Mahasiswa Undip Petakan Jalur Pendakian Merapi Via Klaten

Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menggelar ekspedisi untuk memetakan jalur pendakian Gunung Merapi via Desa Tegalmulyo, Kemalang.

Penulis: ang | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Angga Purnama
Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menggelar ekspedisi untuk memetakan jalur pendakian Gunung Merapi via Desa Tegalmulyo, Kemalang. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menggelar ekspedisi untuk memetakan jalur pendakian Gunung Merapi via Desa Tegalmulyo, Kemalang.

Jalur tersebut sudah tidak digunakan sejak erupsi Gunung Merapi 2006 silam.

Mahasiswa yang tergabung dalam Sherpa; kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Jurusan Geodesi Fakultas Teknik Undip Semarang itu memulai ekspedisi dari basecamp Sapuangin di Dusun Pajegan, Tegalmulyo, Kemalang.

Kegiatan yang dimulai Sabtu (10/9/2016) pagi itu dimulai dengan menandai koordinat basecamp Sapuangin sebagai titik awal pendakian.

Ketua Mapala Sherpa, Sendy Brammadi mengatakan kegiatan tersebut merupakan serentetan ekspedisi Sherpa untuk pemetaan jalur pendakian di tujuh puncak tertinggi Jawa Tengah tahap pertama.

Di antaranya; jalur pendakian Gunung Lawu, Merapi, Merbabu, dan Prau.

“Khusus untuk Merapi, pendakian akan dimulai dari Tegalmulyo untuk menentukan trek jalur pendakian,” katanya saat ditemui di basecamp Sapuangin, Sabtu (10/9/2016).

Menurutnya pemetaan jalur pendakian Gunung Merapi dari wilayah Klaten memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.

Pasalnya informasi terkait pendakian yang dilakukan melalui jalur tersebut sangat minim.

“Sehingga kami harus melakukan pemetaan secara manual. Termasuk menentukan rute perjalanan dari basecamp hingga Pasar Bubrah sebagai titik temu jalur pendakian di Gunung Merapi, baik via Klaten maupun Boyolali (Selo),” ungkapnya.

Meskipun sempat mendapatkan gambaran seputar jalur pendakian yang akan dilalui, saat wartawan Tribun Jogja mencoba turut serta dalam ekspedisi tersebut, tim sempat mengalami kesulitan.

Pasalnya di beberapa persimpangan jalur tidak terdapat tanda arah menuju puncak Gunung Merapi.

Sebagian jalur bercabang dengan jalur masyarakat setempat untuk mencari hasil bumi dan sebagian lainnya tertutup semak-semak.

Beberapa kali tim pun harus melakukan pembersihan agar jalur kembali terbuka. Tim juga memasang penanda sementara sebagai petunjuk rute.

“Sebenarnya sudah ada tanda rute, tapi sebagian sudah rusak dan tidak terbaca. Untuk itu, setelah ekspedisi ini, kami berencana akan mempublikasikan catatan perjalanan agar dapat menjadi informasi bagi pendaki yang akan melakukan perjalanan di Gunung Merapi, khususnya di jalur pendakian Sapuangin,” papar Sendy. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved