Lipsus Sonobudoyo
Kasusnya Hilangnya Koleksi Museum Sonobudoyo Ganjil, Modus Sama dan CCTV Tak Berfungsi
Kedua kasus tersebut terjadi disaat Closed Circuit Television (CCTV) tidak berfungsi atau dalam keadaan mati.
Penulis: dnh | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus pencurian koleksi Museum Sonobudoyo hampir sama modusnya dengan kasus pencurian di Museum Nasional yang terjadi pada tahun 2013.
Kedua kasus tersebut terjadi di saat Closed Circuit Television (CCTV) tidak berfungsi atau dalam keadaan mati.
Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), Jhohannes Marbun, mengatakan dua kasus ini mengakibatkan kerugian yang tidak ternilai, karena koleksi yang dicuri bernilai tinggi.
Meski ada perbedaan dari segi jumlah, 75 di Sonobudoyo dan 4 di Museum Nasional. Selain dari kasus sama sama belum terungkap sampai saat ini.
“Museum Sonobudoyo 11 Agustus, sana (Museum Nasional) 11 September (2013,red), empat koleksi hilang dan semua nilainya tinggi. Sama, cuma di sini lebih banyak dan punya nilai tinggi juga,” ujar salah satu anggota tim Sembilan ini.
Dengan dua contoh kasus itu, Marbun menyoroti bagaimana modus pencurian itu dilakukan. Menurutnya bagaimana mungkin CCTV bisa tidak berfungsi di tempat yang membutuhkan perlindungan seperti museum. Dia melihat ada yang tidak beres dalam kasus pencurian museum - museum terbesar di Indonesia ini.
“Kalau kita berbicara kasus, modusnya ini sama. Ini kan kasus Sonobudoyo yang mau dikritisi bukan kasusnya, tetapi ketika polisi menjawab CCTV di dua tempat tidak aktif (di Sonobudoyo dan Museum Nasional). Kok modusnya sama,” ujarnya.
Marbun yang juga mengatakan dengan tidak aktifnya CCTV menunjukan bahwa ada ketidakjujuran dalam hal ini.
Dilihat dari barang yang dicuri di dua tempat tersebut hampir sama jenisnya. Di Museum Nasional misalnya empat benda koleksi yang hilang adalah Lempeng emas Naga, Lempeng Bulan Sabit Beraksara, Wadah Bertutup atau cepuk dan Lempeng Harihara. Dari Sonobudoyo ada lempeng dan cepuk yang dicuri dan terbuat dari emas.
Sementara itu, sejak peristiwa 2010, Museum Sonobudoyo meningkatkan pengamanan untuk melindungi koleksi-koleksi berharga mereka.
Seperti diketahui, museum yang berada di bawah Dinas Kebudayaan DIY ini memiliki koleksi benda peninggalan warisan budaya sejumlah 62.661 buah. Puluhan ribu benda tersebut terdiri atas koleksi geologi, biologi, etnografi, arkeologi, historika, numismatik, filologi, keramologi, seni rupa, teknologi dan beragam senjata.
Kepala Museum Sonobudoyo, Riharyani mengatakan beragam teknologi pengamanan canggih sudah dipasang di museum yang berlokasi di barat laut Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta ini sejak 2013. Seperti melengkapi CCTV, RFID atau Radio Frequency Identification, serta beberapa teknologi lain seperti Infra Red.
“Koleksi di storage kami dilengkapi RFID jadi diberi semacam stiker. Dia akan memberikan sinyal kalau disentuh atau diangkat dan akan membunyikan alarm,” ujarnya.
Sementara di pengamanan paling luar menggunakan tenaga Satuan Pengamanan (Satpam).