Pameran Seni Cengkeh Nusantara di Klinik Kopi
Tanaman yang hanya bisa tumbuh dan berkembang baik di negeri kita ini dihadirkan dalam karya seni rupa dan fotografi
Penulis: rap | Editor: Rina Eviana Dewi
Laporan Reporter Tribun Jogja, Riezky Andhika Pradana.
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bertempat di Klinik Kopi, Jl Affandi, belakang Toko Buku Togamas, Yogyakarta, sebuah pameran bertajuk Cengkeh Nusantara: Revolusi Belum Selesai digelar hingga 5 Februari 2014 mendatang.
Cengkeh (Syizygium aromaticum) merupakan tumbuhan asli nusantara. Tanaman yang hanya bisa tumbuh dan berkembang baik di negeri kita ini dihadirkan dalam karya seni rupa dan fotografi oleh dua orang seniman. Dalam karya-karyanya, perupa Ong Hary Wahyu menghadirkan narasi sejarah panjang cengkeh nusantara. Cengkeh dan pala adalah dua komoditas penting yang membuat para petualang Eropa seperti Cristhoper Colombus, Vasco da Gamma, hingga Cornelis de Houtman berusaha mencapai sebuah kepulauan di Timur, yang dikenal dengan The Spice Island.
Sejak ekspedisi para petualang tersebut, kemudian lahir apa yang disebut sebagai kolonialisme. Narasi sejarah ini yang direspon Ong Hary Wahyu dalam karya-karyanya. Ong menuangkannya dalam bentuk olahan grafis komputer.
Sedangkan, Andy Seno Aji, seniman muda yang juga salah satu awak Tim Ekspedisi Cengkeh, yang pada September 2013 lalu melakukan ekspedisi ke jantung muasal cengkeh ini menyajikan kondisi kekinian cengkeh.
Lewat karya-karyanya, Andy memaparkan bagaimana komoditas ini sekarang, baik dari segi budidaya, pasar, hingga pengaruh kepada kehidupan masyarakat.
Pada pembukaan pameran yang digelar (31/1) ini, Landung Simatupang melakukan pembacaan dramatik yang diiringi lantunan musik serta lagu-lagu rakyat Maluku yang dibawakan Eliza Kissya, dan Kewang Negeri Haruku yang merupakan anggota Dewan Tetua Jaringan Baileo Maluku.
Kolaborasi antara Landung Simatupang dan Eliza Kissya ini menghadirkan narasi sejarah cengkeh, yang menjadi simbol wilayah Timur Nusantara, dalam pertautan dengan Barat dan juga segala hal yang dikategorikan modern.
Menurut Markaban Anwar selaku perwakilan panitia, kolaborasi tersebut seirama dengan karya-karya Pameran Cengkeh Nusantara: Revolusi Belum Selesai ini. Pertunjukan tersebut, lanjutnya, adalah sebuah upaya menggugah kembali tentang cengkeh, sebuah komoditas unik, misterius, dan serbaguna. "Cengkeh, satu warisan terbaik nusantara,” tegasnya. (*)