Ramadan 1434 H

Masjid Taqwa Wonokromo, Tempat Berkumpulnya Gerilyawan RI

Keberadaan Masjid Taqwa di Wonokromo sempat menjadi basis gerilyawan RI

Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUN JOGJA/HANAN WIYOKO
Tampak muka Masjid Patok Nagoro Taqwa di Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta 
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Keberadaan Masjid Taqwa di Wonokromo sempat menjadi basis gerilyawan RI. Masjid Patok Nagoro yang berada di sisi selatan ini menjadi tempat pertemuan para pejuang sebelum menggempur markas Belanda yang berkedudukan di Pleret. Kini masjid tertua di Kecamatan Pleret masih ramai dikunjungi jemaah.

Masjid Taqwa berada di wilayah Wonokromo, Kecamatan Pleret, Bantul. Lokasinya cukup jauh dari keramaian kota dan bersebelahan dengan tempuran antara Sungai Opak dan Oya. Masjid ini didirikan tahun 1755 oleh KH Muhammad Fakih alias Kyai Welit. Lokasi masjid dibangun di atas tanah perdikan anugerah dari Sultan Hamengkubuwo I setelah KH Muh Fakih diangkat menjadi penghulu keraton.

Ketika awal didirikan, atap bangunan masjid berbentuk kerucut atau lancip dengan kuwali terbuat dari tanah liat. Kemudian bangunan serambi berbentuk limasan dengan satu pintu di depan. Semua bahan bangunan terbuat dari bambu, atap dari welit atau anyaman daun alang-alang dan berdinding gedhek atau bilik anyaman bambu.

Di halaman masjid, saat itu terdapat padasan atau tempat wudlu dari batu. Lokasi padasan ditempatkan di sebelah utara dan selatan masjid. Kemudian di teras juga ada dua sumur untuk menimba air dan pohon randu.Bangunan masjid awal ini tetap dipertahankan hingga tahun 1867 dilakukan renovasi pertama. Atap bangunan diganti menjadi berbahan genteng tanah liat, tembok dari batu bata yang direkatkan dengan tanah liat, dan lantai dibuat dari komposisi aci dari gamping dan tumbukan bata merah dan pasir.

Renovasi selanjutnya, seperti disebutkaan dalam buku 'Masjid Bersejarah Provinsi DI Yogyakarta' (2007:53), dilakukan pada 1913. Saat itu bangunan masjid dirombak total. Kerangka bangunan dari bambu diganti dengan kayu nangka. Dinding kemudian ditembok dan lantai masjid diplester dengan campuran seperti bahan membuat tembok. Perombakan masjid terus dilakukan pada tahun 1958, 1976 dan 2003. Saat ini bangunan masjid berdiri megah dengan tetap mempertahankan ciri khas bangunan Masjid Keraton Yogyakarta.

"Karena ini termasuk Masjid Kagungan Ndalem jadi setiap hendak melakukan renovasi kami meminta izin ke pihak keraton," kata Ketua Takmir Masjid Taqwa, KH Ismail ditemui Tribun Jogja, baru-baru ini.

Ia menceritakan, pada zaman penjajahan Belanda, masjid tersebut digunakan para gerilyawan RI untuk berkumpul dan menunaikan salat Jumat berjemaah. Selain itu juga dijadikan tempat koordinasi para gerilyawan sebelum menggempur markas Belanda di Pleret. Dalam buku 'Masjid Bersejarah PRovinsi DI Yogyakarta' (2007:56) disebutkan masjid menjadi markasKompi III Batalyon I Brigade 10 yang dipimpin Letda Komarudin.

"Di sisi barat masjid ada makam, disitu dimakamkan beberapa pahlawan yang gugur dalam perjuangan," lanjutnya. Makam tersebut saat ini masih ramai diziarahi, diantaranya menjelang peringatan hari kemerdekaan, bulan Agustus.

Selain berfungsi untuk melaksanakan salat berjemaah lima waktu, masjid ini memiliki fungsi istimewa bagi warga Wonokromo. Antaralain, dibangunnya gedung pertemuan menjadi tempat bertemunya warga untuk membahas masalah-masalah sosial. Selain itu, masjid juga difungsikan untuk lokasi penyelenggaraan salat Jumat berjemaah, salat tarawih, salat Idul Fitri, salat Idul Adha, pengumpulan zakat fitrah, kegiatan Syawalan atau bertemunya warga Wonokromo setelah menjalankan ibadah puasa enam hari di bulan Syawal serta penyelenggaran acara keagamaan lain. Diantaranya ijab qabul, memberangkatkan dan menerima jemaah haji serta pengajian.

Lokasi masjid ini cukup mudah ditemui. Dari arah Kota Yogyakarta menuju perempatan Terminal Giwangan, kemudian menuju ke selatan melalui Jalan Imogiri. Ikuti jalan tersebut sampai perempatan Pasar Jejeran. Dari perempatan tersebut tetap lurus sekitar 200 meter hingga kemudian menjumpai pertigaan ke arah timur/kiri sebelum jembatan. Ikuti jalan itu hingga ujung jalan, disitulah letak Masjid Patok Nagoro Taqwa Wonokromo. Bagi pecinta kuliner, di sekitar Pasar Jejeran banyak terdapat penjual sate khas Pleret, yakni sate klathak.(Hanan Wiyoko)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved