Lirik dan Terjemahan Lagu

7 Rekomendasi Playlist Lagu Galau, Cocok Bagi Kamu yang Lagi Patah Hati

Lagu-lagu bertema patah hati dan pengkhianatan mampu membuat pendengarnya merasa dimengerti, sekaligus membantu melepaskan emosi

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
pixabay
Ilustrasi 

Awalnya musik ini memang terdengar manis, seperti instrumen pengantar tidur. Tapi semakin akhir, semakin terasa berat dan emosional, ibarat perasaan sakit yang terus menumpuk hingga membuncah begitu saja.

You gave me your word, "Don't worry 'bout her". You might love her now, but you loved me first. Said you'd never hurt me, but here we are

Line tersebut sangat mewakili perasaan Madison setelah diberi tahu teman-temannya bahwa mantan pacar Madison berselingkuh.

 

4. Drivers License – Olivia Rodrigo

“Drivers License” terasa seperti film remaja yang berubah menjadi kisah kehilangan yang nyata. 

Suara mesin mobil yang samar di awal lagu seolah membawa pendengar ke perjalanan penuh kenangan yang kini hanya tinggal bayangan.

Olivia menulis tentang rasa sakit melihat seseorang yang dulu dicintai kini bersama orang lain, dan bagaimana dunia yang dulu hangat berubah dingin dalam semalam.

Lirik “’Cause you said forever, now I drive alone past your street” menggambarkan titik paling sunyi dari cinta yang dikhianati, momen ketika kenangan masih hidup, tapi orangnya sudah pergi.

Lagu ini sederhana, tapi setiap nadanya membawa berat emosional yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

 

5. Losing Us. – Raissa Anggiani

Raissa menulis “Losing Us.” hingga terdengar seperti lagu yang tenang namun menyayat sangat menyayat hati.

Lagu ini menggambarkan perjalanan cinta yang perlahan runtuh karena ketimpangan rasa dan kelelahan emosional.

Secara musikal, lagu ini terdengar sederhana dan hangat, menciptakan ruang intim bagi setiap kata yang dinyanyikan Raissa untuk terdengar jujur dan menyentuh.

Liriknya penuh pengakuan tentang keputusasaan, Raissa yang rela menjadi “bodoh” demi mempertahankan hubungan yang jelas-jelas tak lagi diinginkan pihak lain.

Baris seperti “Why would I come back to you, if you don’t need me to” memperlihatkan kepasrahan seorang perempuan yang akhirnya sadar bahwa bertahan hanya akan melukai dirinya sendiri.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved