Stiletto Dagger, Motor Cafe Racer yang Futuristik dari Honda Cub Dua Silinder

Ia menyebut konsep motor ini sebagai Stiletto Dagger, percampuran antara siluet sepatu hak tinggi yang modis dengan ketajaman belati.

Penulis: Santo Ari | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja / Santo Ari
Stiletto Dagger karya Kromworks di Kustomfest 2025. 

TRIBUNJOGJA.COM - Kegilaan dalam dunia kustom selalu punya cara mengejutkan. Di panggung Kustomfest 2025, salah satu motor yang menarik perhatian datang dari Rizaldi Parani dan Kromworks. Dari jauh, motor ini tampak seperti karya futuristik yang keluar dari sketsa film fiksi ilmiah dengan bodi mengilap seperti cermin, meruncing, dan detail handmade yang terasa ekstrem.

Rizaldi Parani, sang pemilik, menjelaskan bahwa motor ini lahir dari perjalanan panjang. 

“Mesin adalah custom Honda Cub twin silinder. Dulu beli mesin di tahun 2020, belum diapa-apain malah kena covid-19. Akhirnya setelah covid mulai dikerjakan, dan sempat mengalami beberapa perubahan konsep, hingga akhirnya tahun ini diputuskan untuk finalnya, disempurnakan, dibuat lebih rapi dan serius,” ungkapnya.

Ia menyebut konsep motor ini sebagai Stiletto Dagger, percampuran antara siluet sepatu hak tinggi yang modis dengan ketajaman belati. Dari dekat, bentuknya memang slim dan sharp, dengan detail bodi yang menegaskan karakter unik itu. 

“Dengan berbagai perubahan sebelumnya, saya merasa puas dengan hasil yang sekarang,” kata Rizaldi.

Garapan teknis dipercayakan kepada Andika Pratama dari Kromworks. Menurutnya, motor ini lahir dari perpaduan visi antara owner yang menyukai gaya cafe racer dengan sentuhan futuristik. 

“Karena menggabungkan cafe racer yang notabene adalah gaya yang sudah berkembang lama, kemudian dipadu dengan futuristik maka banyak sekali percobaan yang dilakukan untuk menemukan desain yang tepat dan dimau,” ujarnya.

Proses pengerjaan motor ini bisa dibilang ekstrem. Hampir semua bagian dibuat handmade. Tangki sempat beberapa kali diganti bentuk, bodywork dibuat full dari stainless steel yang dipoles hingga rata, bahkan velg pun bikin sendiri. 

“Masing-masing punya tingkat kesulitan, tapi bikin body yang paling susah, karena dari stainless steel yang harus diketok, dilas. Karena hanya di polish maka semua harus dipastikan rata. Apalagi membuat body yang simetris dan proporsional dari kanan dan kiri, maka perlu makan cukup waktu,” tutur Andika.

Di panggung Kustomfest, motor ini tampak berkilau di bawah sorotan lampu pameran, memantulkan cahaya seakan menegaskan statusnya sebagai karya yang berbeda. 

Meski demikian, Andika menegaskan bahwa dalam dunia kustom selalu ada hal yang harus dikorbankan. Pada motor ini, kenyamanan berkendara jelas tidak maksimal karena rangka rigid yang juga handmade.

“Dalam custom, ada titik tetap harus ada yang dikorbankan. Dalam hal motor ini adalah kenyamanannya. Tapi selain look, sisi fungsi harus tetap maksimal, seperti custom lampu, sein yang semua berfungsi,” jelasnya.

Ia menambahkan, karya ini sesuai dengan napas besar Kustomfest. 

“Menurut saya motor ini sudah sesuai dengan kegilaan seorang builder dalam menciptakan suatu karya baru. Kalau saya, bagaimana caranya bikin motor yang sebelumnya belum pernah ada,” ujar Andika.

Sementara itu, Direktur Kustomfest, Lulut Wahyudi, menjelaskan bahwa tema tahun ini adalah sebuah jargon yang diumpamakan sebagai artwork yang mengangkat kegilaan para Mad-chinist dari penggabungan Mad dan Machinist. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved