Memahami Pakaian Adat Lampung Pepadun dan Saibatin

Memahami pakaian adat kedua kelompok ini adalah kunci untuk menyelami filosofi dan struktur sosial masyarakat Lampung.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Pinterest.com
Pakaian Adat Khas Lampung 

Bentuknya melengkung ke depan dan memberikan kesan lebih anggun.

Wanita mengenakan baju kurung atau kebaya beludru berwarna merah marun, dipadukan dengan Kain Tapis yang dihiasi sulaman benang emas yang rapat dan halus.

Perhiasan utama adalah bulan temu (kalung leher), papan jajar (rantai dada), dan seraja bulan (hiasan bahu) yang seluruhnya terbuat dari logam emas.

Pakaian Pria

Pria Saibatin mengenakan jas beludru berwarna merah tua atau hitam yang disulam benang emas dan dipadukan dengan celana panjang yang serasi.

Sarung Tapis dililitkan di pinggang dan jatuh di bawah lutut.

Pria biasanya menggunakan kopiah atau iket kepala sederhana dari kain yang dililitkan, tidak semegah kopiah emas Pepadun, karena status kebangsawanan mereka diwariskan oleh darah bukan gelar.

Pakaian Saibatin melambangkan status yang diwariskan (inherited status). 

Warna merah marun melambangkan keberanian dan keagungan keturunan bangsawan. 

Penggunaan kain Tapis yang lebih halus dan detail perhiasan yang elegan menunjukkan status kekerabatan yang dijaga ketat dalam sistem adat aristokratis.

Kedua pakaian adat ini adalah manifestasi seni dari kekayaan budaya Lampung

Meskipun berbeda, keduanya tetap bersatu dalam penggunaan kain Tapis sebagai simbol identitas bersama yang melambangkan kemuliaan dan keagungan warisan budaya Lampung. (MG Awega Yunita Sara)

 

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved