Orang Tua Wajib Tahu! Ini 4 Tips Tanamkan Pendidikan Seksual Sejak Dini
Akhir-akhir ini, Anda mungkin sering mendengar berita mengenai kekerasan terhadap anak dengan pelaku yang beragam, mulai dari guru, tetangga, saudara
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM-Akhir-akhir ini, Anda mungkin sering mendengar berita mengenai kekerasan terhadap anak.
Pelakunya pun beragam, mulai dari orang asing, guru, tetangga, saudara dekat, kenalan di media sosial, bahkan orang tua tiri.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa anak rentan menjadi korban kekerasan, baik fisik, psikis, maupun seksual.
Bahkan, data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat adanya peningkatan tren kekerasan pada anak setiap tahunnya.
Tahun 2019 tercatat 11.057 kasus, meningkat menjadi 11.279 kasus pada 2020, dan hingga November 2021 jumlahnya sudah mencapai 12.566 kasus.
Angka ini jelas tidak bisa dianggap kecil.
Salah satu faktor yang membuat anak mudah menjadi korban adalah minimnya pengetahuan mereka mengenai tubuh dan batasan diri.
Padahal, tidak ada istilah “terlalu dini” untuk mengenalkan pendidikan seksual pada anak.
Justru, pendidikan seksual sejak dini dapat membantu anak memahami tubuhnya, membangun rasa percaya diri, serta mampu melindungi diri dari perlakuan yang tidak pantas.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa tips penting yang bisa diterapkan orang tua untuk mengajarkan pendidikan seksual sejak dini.
1. Kenalkan Seksualitas Bertahap Sesuai Usia
Setiap tahap usia anak memiliki kapasitas pemahaman berbeda.
Dikutip dari laman dinsospmd.babelprov.go.id berikut adalah tahapan pengenalan edukasi seksual yang dapat diterapkan pada anak:
- Usia 0–3 tahun. Anda dapat mulai dengan mengajarkan nama bagian tubuh dengan istilah yang benar, termasuk organ kelamin. Selain itu, melatih perilaku dasar, seperti memakai handuk setelah mandi juga baik dilakukan.
- Usia 4–5 tahun. Mulai kenalkan bagian tubuh internal dan eksternal, terutama organ reproduksi.
- Usia 6–8 tahun. Mulai membicarakan tanda-tanda pubertas. Persiapkan anak agar tidak kaget dengan perubahan tubuh yang akan dialami.
- Usia 9–12 tahun. Bahas lebih detail tentang menstruasi, ereksi, dan ejakulasi sebagai hal normal. Tanamkan pemahaman bahwa tubuh mereka berharga dan harus dijaga.
- Usia 13–18 tahun. Diskusikan soal ketertarikan dengan lawan jenis, cinta, dan keintiman. Ajarkan cara menjaga batasan dalam hubungan dengan sehat dan bertanggung jawab.
Dengan begitu, anak tidak merasa bingung atau minder menghadapi perubahan tubuhnya.
2. Mulai Percakapan dengan Bahasa yang Mudah Dipahami dan Mengalir
Saat mengajarkan pendidikan seksual, pilihlah kata-kata sederhana sesuai usia anak.
Hindari istilah medis yang rumit, Anda juga dapat menggunakan perumpamaan yang dekat dengan keseharian.
Dengan begitu, anak akan lebih mudah memahami pesan yang disampaikan tanpa merasa bingung atau terbebani.
Waktu saat memberikan edukasi juga perlu diperhatikan.
Anda dapat milih waktu saat bersantai atau bermain misalnya, sehingga anak tidak merasa sedang mempelajari hal berat.
3. Ajarkan Rasa Malu dan Batasan
Pendidikan seksual bukan hanya soal organ reproduksi, tetapi juga menanamkan rasa malu yang sehat.
Anda dapat mulai mengajarkan anak, dengan tidak memperlihatkan alat kelaminnya pada orang lain, memakai pakaian di kamar, atau sesederhana menghargai batasan orang lain.
Namun perlu digarisbawahi juga, pastikan anak tetap merasa bebas untuk menyampaikan pendapat atau pertanyaan.
Jika ada pemahaman yang keliru, orang tua bisa meluruskannya dengan bijak.
Tunjukkan bahwa orang tua selalu siap menjadi tempat curhat, termasuk dalam urusan seksualitas.
4. Awasi Tontonan dan Media Sosial Anak
Di era digital, anak mudah terpapar konten yang tidak sesuai usianya.
Orang tua perlu mengawasi apa yang ditonton atau dimainkan anak, sekaligus menjelaskan alasannya.
Misalnya, melarang film tertentu karena mengandung adegan kekerasan atau seksual.
Pendekatan ini lebih efektif dibanding sekadar melarang tanpa penjelasan.
Karena anak juga belajar memahami dampak negatif dari konten yang tidak sehat.
Baca juga: TIPS Parenting: 9 Cara Tepat untuk Menghadapi Anak yang Marah
Data KemenPPPA membuktikan bahwa kekerasan terhadap anak masih tinggi di Indonesia.
Salah satu cara terbaik untuk mencegahnya adalah dengan memberikan pendidikan seksual sejak dini.
Dengan penjelasan yang sesuai usia, mengenalkan secara bertahap, membuat percakapan dengan bahasa yang santai, mengajarkan rasa malu dan batasan, hingga mengawasi media sosial, anak akan tumbuh dengan pemahaman sehat mengenai seksualitas.
Pendidikan seksual bukan hanya melindungi anak dari kejahatan, tetapi juga membekali mereka untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab terhadap tubuhnya.
(MG/Sabbih Fadhillah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.