Jazz Camp 2025 di ISI Yogyakarta, Merajut Kolaborasi Lintas Negara Lewat Nada dan Irama
Program tahunan ini dihidupkan kembali oleh Program Studi Penyajian Musik ISI Yogyakarta setelah sempat berhenti beberapa tahun.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
Di sela kegiatan, panitia juga membuka sesi jamming yang diisi komunitas mahasiswa Pop-Jazz ISI Yogyakarta, Kompazz.
Konser Penutup
Pada puncak acara, panggung Final Concert menjadi ajang pertemuan lintas negara.
Deretan musisi seperti Singgih Sanjaya, Josias Adriaan, Bennett Brandeis, Philippe Ciminato, Kevin Saura, Romann Dauneau, dan Felix Jovieniaux tampil bersama peserta dalam format kolaboratif.
Konser dibuka pukul 16.00 WIB melalui penampilan Eef van Breen Project yang menggabungkan nuansa jazz dengan gamelan.
Kolaborasi antara trumpet, gitar, dan instrumen tradisional seperti bonang menghadirkan warna bunyi yang jarang terdengar di panggung jazz akademik.
Baca juga: Delegasi Asia Afrika Belajar Batik di ISI Yogyakarta
Setelah itu, konser utama dimulai pukul 18.00 WIB dengan suasana yang lebih hidup dan interaktif.
Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, Dr. I Nyoman Cau Arsana, S.Sn., M.Hum., dalam sambutannya menyebut Jazz Camp merupakan bagian dari agenda internasional dua tahunan kampus.
“Kegiatan ini menjadi program internasional kelima dari enam kegiatan berskala global yang kami jalankan di Fakultas Seni Pertunjukan. Tujuannya jelas, untuk memperluas jejaring dan memperkuat posisi ISI Yogyakarta di tingkat dunia,” ujarnya.
Menurutnya, program semacam ini tidak hanya memberi manfaat bagi mahasiswa, tetapi juga membuka peluang kolaborasi yang lebih luas.
“Melalui pertemuan seperti ini, mahasiswa dan dosen dapat berinteraksi langsung dengan musisi profesional dari berbagai negara. Pengalaman semacam ini tidak bisa digantikan oleh pembelajaran di ruang kelas,” katanya.
Jejaring Internasional
Sementara itu, Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, M.Sn., menilai ISI Jazz Camp sebagai contoh konkret peran kampus seni dalam memperkuat jejaring internasional.
“Dampak nyata dari kegiatan ini terlihat dari partisipasi lintas generasi dan negara. Ada kolaborasi antara musisi dari Indonesia, Belanda, Prancis, Amerika Serikat, dan lainnya. Ini menunjukkan bahwa ISI Yogyakarta terus bergerak menuju kampus berkelas dunia,” ujarnya.
Irwandi juga memberi apresiasi kepada seluruh penyelenggara dan mentor yang terlibat.
“Saya mengucapkan selamat kepada Fakultas Seni Pertunjukan dan Program Studi D4 Penyajian Musik atas keberhasilan kegiatan ini. Semoga pengalaman selama Jazz Camp menjadi bekal berharga bagi para peserta untuk terus tumbuh sebagai musisi kreatif,” katanya.
Malam itu, jazz tidak hanya tampil sebagai genre musik, tetapi juga sebagai bahasa pertemuan.
Dari ruang kelas hingga panggung konser, ISI Jazz Camp 2025 menjadi ruang belajar sekaligus ruang berbagi, tempat setiap nada mewakili semangat keterbukaan dan kolaborasi. (*)
| Pemkot Yogya Larang Operasional Angkutan Penumpang Kendaraan Bermotor Roda Tiga, Ini Kata Dishub |
|
|---|
| Delegasi Asia Afrika Belajar Batik di ISI Yogyakarta |
|
|---|
| Menembus Batas, JMMK ke-17 ISI Yogyakarta Hadirkan Kolaborasi Global Sepuluh Negara |
|
|---|
| Soal Potensi Wanita Pimpin Kraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X: Republik Tak Bedakan Pria dan Wanita |
|
|---|
| Riset dan Kebijakan Terpadu Dorong Geopark Jogja Jadi Model Pembangunan Berkelanjutan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Penutupan-ISI-Jazz-Camp-2025.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.