Kisah Sepasang Suami Istri di Bantul, Sukses Produksi Garam Alami dari Hasil Olahan Air Laut

Purnama menyebut produksi garam yang dibuatnya tidak menggunakan campuran bahan pengawet atau obat-obatan lain.

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
GARAM - Purnama (47) sedang memproduksi garam di dekat Pantai Tanggul Tirto, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (13/11/2025). 

Ia turut menjelaskan, untuk hasil pertanian empat kwintal garam krosok bisa memperoleh omzet di atas Rp800 ribu per dua bulan.

Harga jual garam hasil produksinya tersebut cukup bervariasi.

Untuk garam krosok dengan kualitas bagus dijual sejumlah Rp3.000 per kilogram dan kualitas di bawahnya sekitar Rp2.000-Rp2.500 per kilogram.

"Jadi ada tiga macam garam ya. Yang pertama itu garam krosok putih dan lebih kasar, yang kedua agak lembut, yang ketiga lembut banget. Kualitas yang paling tinggi itu ya yang kasar," kata Capung.

Di samping itu, ia menjelaskan bahwa menjalankan usaha tersebut tidaklah mudah.

Pasalnya, terdapat suhu udara yang tak menentu.

"Kadang itu udara dingin, kadang panas full. Jadi, kalau panen raya itu di musim kemarau. Tapi kan tunnel itu kami buat dari plastik jadi garam bisa cepat kering," tuturnya.

Adapun sumber bahan utama pembuatan garam tersebut berupa air laut di Pantai Tanggul Tirto.

Di mana, terdapat proses pengeboran untuk mendapatkan air laut di bagian bawah.

"Kalau kita ambil air di permukaan enggak bisa karena pipanya naik terus di permukaan. Jadi enggak bisa nyedot air. Kemudian, air kami ambil pakai pompa agar bisa ke tempat produksi garam," ujar dia.

Awal Mula Usaha

Dalam kesempatan itu, Capung turut menyampaikan bahwa usaha tersebut dijalani mulai tahun 2023.

Ide usaha itu didapat dari orangtua temannya yang memiliki usaha produksi garam.

"Teman saya itu punya itu punya usaha travel di Jogja. Bapaknya itu seorang bos garam dan ketemu sama saya terus cerita-cerita. Dia juga menawarkan mau enggak bikin garam? Kalau produksinya melimpah kita bawa ke Surabaya," jelas dia.

Akhirnya, ia kepincut untuk membuka usaha tersebut.

Padahal, Capung memiliki latar belakang sebagai petani biasa.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved