Wayangan Perang Jawa di Milad ke-240 Diponegoro, Jadi Ajang Refleksi Fenomena 'Serakahnomics'

Pertunjukan itu digulirkan sebagai puncak peringatan Milad ke-240 Pangeran Diponegoro, yang lahir pada 11 November 1755.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
WAYANGAN: Penyerahan wayang Pangeran Diponegoro dari GBPH Yudhaningrat, selaku tuan rumah, kepada dalang Ki Harlindar Mukti Prakoso, Selasa (11/11/25) malam. 
Ringkasan Berita:
  • Wayang kulit lakon Perang Jawa semarakkan puncak peringatan Milad ke-240 Pangeran Diponegoro, di Ndalem Yudonegaran, Kota Yogyakarta
  • Wamensos Agus Jabo Priyono memaparkan refleksi perjuangan Pangeran Diponegoro dengan kondisi bangsa yang saat ini masih dikuasai kekuatan serakahnomics.
  • Ia mendefinisikan serakahomics ke dalam tiga kekuatan: imperialisme si perampok SDA, oligarki yang menguasai SDA dan birokrat korup

 

TRIBUNJOGJA.COM - Gelaran wayang kulit dengan lakon Perang Jawa menyemarakkan Ndalem Yudonegaran, Kota Yogyakarta, Selasa (11/11/25) malam.

Pertunjukan itu digulirkan sebagai puncak peringatan Milad ke-240 Pangeran Diponegoro, yang selaras catatan sejarah lahir pada 11 November 1755.

Wakil Menteri Sosial (Wamensos), Agus Jabo Priyono, yang turut hadir, memberikan paparan tajam mengenai refleksi perjuangan Pangeran Diponegoro dengan kondisi bangsa saat ini.

Ia mengingatkan, bahwa musuh yang dilawan oleh Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa (1825-1830) sejatinya masih ada dalam bentuk baru.

"Akhir-akhir ini Pak Presiden Prabowo selalu menyampaikan tentang musuh bangsa. Beliau mengatakan, sekarang kita sedang dikuasai oleh satu kekuatan, satu kaum yang dinamakan serakahnomics. Kaum serakah," ujarnya.

Menurutnya, keberadaan serakahnomics di tanah air serupa dengan kolonial yang menjadi musuh Pangeran Diponegoro beserta laskar-laskarnya di masa lalu.

Kekuatan serakahomics 

Dalam kesempatan itu, ia pun mendefinisikan serakahomics ke dalam tiga kekuatan utama yang dinilainya masih sangat berpengaruh di Indonesia.

"Yang pertama adalah imperialisme, satu kekuatan yang sampai sekarang merampok sumber daya alam yang kita miliki untuk kemajuan negara lain," ujarnya.

"Yang kedua adalah oligarki, segelintir orang yang menguasai sumber daya alam Indonesia. Lalu, yang ketiga adalah birokrat korup," tambah Wamensos.

Menurutnya, selama Indonesia belum lepas dari cengkeraman kaum serakahnomics, dipastikan sulit menjadi bangsa yang adil dan makmur.

Saat ini, Agus Jabo bilang, Presiden Prabowo Subianto  sedang berjuang keras melawan mereka, untuk mewujudkan cita-cita luhur Pangeran Diponegoro.

"Pak Presiden sangat tahu problem bangsa kita. Beliau sedang melaksanakan program untuk melawan mereka ini. Mulai dari hilirisasi, hingga mengambil aset-aset tanah yang dikuasai oleh oligarki," ungkapnya.

Alasan pemilihan lakon

Sementara, Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi), Rahadi Saptata Abra, berujar, bahwa agenda ini merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap tahun.

Ia pun menjelaskan, alasan pemilihan lakon 'Perang Jawa' dalam pagelaran wayang kulit terkini, sangat lekat dengan peringatan dua abad petempuran legendaris itu.

"Lakonnya memang sengaja kami pilih Perang Jawa, karena sekarang momentumnya bertepatan dengan 200 tahun Perang Jawa," cetusnya.

Menariknya, pagelaran wayang kulit digawangi langsung oleh dalang muda lulusan SMKI Yogyakarta, Ki Harlindar Mukti Prakoso, yang baru berusia 18 tahun.

Dalam sepak terjangnya, Ki Harlindar memang fokus pada lakon-lakon yang tidak biasa, seperti kisah sejarah nusantara atau perjuangan melawan penjajah.

"Tapi, karena penyelenggaraannya tidak di akhir pekan, kita coba mengemas pertunjukan dalam 2,5 jam saja. Sehingga, bisa selesai sebelum tengah malam," pungkas Abra. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved