Gunungkidul Canangkan Imunisasi Heksavalen, Kombinasi 6 Antigen dalam Satu Suntikan

Program ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi layanan imunisasi sekaligus memperkuat perlindungan dari enam jenis penyakit menular.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
pixabay
ILustrasi vaksinasi 

Ringkasan Berita:
  • Gunungkidul canangkan imunisasi Heksavalen sebagai langkah strategis memperluas cakupan imunisasi dasar lengkap bagi bayi.
  • Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menjelaskan bahwa vaksin Heksavalen merupakan kombinasi enam antigen dalam satu suntikan.
  • Layanan imunisasi ini memperkuat perlindungan dari enam jenis penyakit menular.

 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mencanangkan imunisasi Heksavalen sebagai langkah strategis memperluas cakupan imunisasi dasar lengkap bagi bayi.

Program ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi layanan imunisasi sekaligus memperkuat perlindungan dari enam jenis penyakit menular.

Pencanangan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Gunungkidul di Rest Area Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) Girisubo, Selasa (11/11/2025).

Kegiatan tersebut mengacu pada Keputusan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/3647/2025 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Imunisasi Diphteria, Pertussis, Tetanus, Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe B, dan Inactivated Poliomyelitis (IPV).

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menjelaskan bahwa vaksin Heksavalen merupakan kombinasi enam antigen dalam satu suntikan.

Kurangi jumlah penyuntikan

Inovasi ini diharapkan dapat mengurangi jumlah penyuntikan sekaligus menyederhanakan jadwal imunisasi bagi bayi.

“Penggunaan vaksin kombinasi ini penting untuk meningkatkan efisiensi layanan imunisasi sekaligus menekan kesenjangan cakupan vaksin IPV. Secara nasional, targetnya adalah cakupan imunisasi dasar lengkap minimal 95 persen pada 2029,” ujar Ismono.

Penerapan vaksin Heksavalen dimulai pada 2025 di sembilan provinsi, antara lain Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, serta enam provinsi di Papua. Program ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk mempercepat eliminasi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Menurut hasil survei UNICEF–Nielsen 2023, sekitar 38 persen penolakan imunisasi di Indonesia disebabkan oleh kekhawatiran terhadap penyuntikan ganda.

Sementara itu, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat kendala lain seperti keterbatasan akses layanan kesehatan, kurangnya informasi, serta faktor waktu dan biaya. Kehadiran vaksin Heksavalen diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan tersebut.

Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Dewi Irawati, pemerintah daerah menegaskan komitmen untuk mendukung pelaksanaan imunisasi secara menyeluruh.

“Imunisasi merupakan intervensi kesehatan paling efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Pemerintah daerah berkomitmen memperkuat rantai distribusi vaksin, memperluas edukasi publik, dan mendorong kolaborasi lintas sektor,” ujarnya.

“Imunisasi merupakan intervensi kesehatan paling efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Pemerintah daerah berkomitmen memperkuat rantai distribusi vaksin, memperluas edukasi publik, dan mendorong kolaborasi lintas sektor,” ujarnya.

Dewi juga mengimbau orang tua agar tidak ragu membawa anak ke posyandu atau puskesmas sesuai jadwal imunisasi

“Jangan mudah terpengaruh hoaks atau misinformasi. Jika ragu, tanyakan langsung kepada tenaga kesehatan. Masa depan Gunungkidul bergantung pada anak-anak yang sehat,” urainya (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved