Komitmen Tiga Mahasiswi Fasilitasi Pendidikan Bagi Anak Berakses Terbatas
Tujuannya tidak hanya transfer ilmu, tetapi membiasakan anak-anak berinteraksi dan merasa nyaman bertemu dengan orang-orang baru dari luar.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Baik Sabrina, Emily, dan Rachel sama-sama mengakui bahwa dalam menghadapi anak-anak perlu kesabaran ekstra.
“Awal-awal kami bertemu, sulit sekali mendapat perhatian penuh. Fokus mereka sangat mudah terpecah,” ujar Emily salah satu pendiri sekaligus koordinator.
Di momen-momen sulit inilah, komitmen dan ketulusan para relawan pengajar benar-benar diasah.
Kerap kali para pengajar YEP memilih menarik diri sejenak dari kegiatan dan memakai waktu tersebut untuk menenangkan diri sembari mengembalikan energi.
“Relawan lain yang tertarik untuk bergabung di YEP juga kami tekankan tentang situasi seperti apa yang nanti akan dihadapi jika mengajar anak-anak panti ini,” ujar Rachel, pendiri sekaligus penanggung jawab SDM menjelaskan upayanya untuk memastikan komitmen para calon relawan.
Berbekal jiwa kemanusiaan, dukungan dari orang tua dan antusiasme dari para relawan, YEP terus menjalankan misi sosialnya dan hingga kini telah memasuki periode ketiga pengabdian.
Mengabdi Hingga ke Pelosok
Rupanya, semangat mengajar komunitas YEP tidak berhenti di wilayah perkotaan yang ramai akan hiruk pikuk kehidupan masyarakat.
Semangat pengabdian mereka meluas, membawa program YEP Interactive ke Dusun Bantalwatu, Tepus, Gunungkidul, DIY.
Mereka bercerita bahwa kegiatan mengajar di dusun tersebut berfokus pada materi Bahasa Inggris.
“Tidak semua sekolah di wilayah itu ada guru atau pelajaran bahasa inggris, sementara saat ujian akhir semester tiba, mereka akan diberi soal Bahasa Inggris dan harus dikerjakan,” pungkas Sabrina menjelaskan titik awal dari keresahan YEP tentang pendidikan di wilayah tersebut.
Ia menambahkan, pengetahuan berbahasa Inggris sangatlah penting untuk menyokong bakat, impian, dan memperluas jejaring anak-anak di sana pada masa yang akan datang.
Akan sangat disayangkan jika anak-anak di dusun tersebut tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mengasah keterampilan berbahasa asing.
Hal ini sejalan dengan motto komunitas mereka yaitu ‘Youth Exceeding beyond the skies’. YEP berharap agar anak-anak yang mereka dampingi mampu melampaui segala keterbatasan yang ada.
Melalui pendidikan Bahasa Inggris, komunitas ini secara konkret membuka jendela bagi anak-anak Dusun Bantalwatu untuk mengenal lebih jauh praktik berbahasa yang akan menghubungkan mereka dengan dunia luar. (MG|AXEL SABINA RACHEL RAMBING)
Baca juga: Cerita Volunteer GTS: Banyak Siswa Indonesia Tak Sanggup Bermimpi
| Cerita Guru Sekolah Inklusi di Yogyakarta Belajar Makna Hidup dari Anak-anak |
|
|---|
| Dua Dekade Sekolah Tumbuh, Rayakan Perjalanan Pendidikan Inklusif Lewat Pameran di JNM |
|
|---|
| Kampus Diminta Hadir di Tengah Masyarakat, Begini Kata Wamendiktisaintek |
|
|---|
| Sinergi Kampus dan Pembudidaya, UPNVY Siapkan 'Master Plan' Pasar Ikan Lokal untuk Petani |
|
|---|
| FK-KMK UGM Gelar Pengabdian Masyarakat, Fokus Eliminasi Campak-Rubela/CRS |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/Pendiri-YEP.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.