Viral Video Pengalaman Belanja Wisatawan di Pantai Ngrenehan, Dispar Gunungkidul Bina Pedagang

Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Gunungkidul segera melakukan klarifikasi dan pembinaan langsung kepada pedagang yang terlibat.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Ilustrasi: Pantai Ngrenehan, Gunungkidul, DI Yogyakarta 
Ringkasan Berita:
  • Dinas Pariwisata Gunungkidul melakukan klarifikasi dan pembinaan langsung pedagang menyusul video viral pengalaman belanja wisatawan di Pantai Ngrenehan.
  • Video wisatawan itu berisi pengalaman ketika pedagang mengaku belum menerima pembayaran uang, padahal transaksi sudah dilakukan.
  • Dinas Pariwisata berkoordinasi dengan pengelola pantai dan Pokdarwis untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang
 

 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNNEWS NJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Viral di media sosial video wisatawan yang diunggah akun TikTok @JodileeNormaWarwick, terkait pengalaman berbelanja di kawasan Pantai Ngrenehan, Kapanewon Saptosari.

Dalam video berdurasi sekitar satu menit itu, Jodilee membagikan pengalamannya saat pedagang mengaku belum menerima pembayaran uang, padahal transaksi disebut sudah dilakukan. 

Dalam narasi di video tersebut, pedagang sudah mengembalikan uang tersebut setelah ditunjukkan video yang direkam bahwa proses pembayaran sudah dilakukan.

Video yang sudah ditonton ratusan ribu orang itupun menuai beragam tanggapan dari warganet bahkan ada yang mengaku pernah mengalami hal serupa saat berbelanja di kawasan pantai tersebut. 

Klarifikasi Dispar

Menanggapi hal tersebut, Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Gunungkidul segera melakukan klarifikasi dan pembinaan langsung kepada pedagang yang terlibat.

Kepala Bidang Destinasi Wisata Dispar Gunungkidul, Priyanta, membenarkan bahwa peristiwa itu benar terjadi di kawasan Pantai Ngrenehan pada Sabtu (8/11/2025).

"Informasinya sama seperti yang ada di video. Pedagang sempat lupa kalau pembayaran sudah dilakukan, lalu meminta uang kembali. Namun, setelah ditunjukkan rekaman bahwa uang sudah dibayar, pedagang langsung mengembalikan uangnya,” ujar Priyanta, Senin (10/11/2025).

Ia menjelaskan, nominal uang yang sempat disalahpahami itu sebesar Rp100.000. Meski kejadian tersebut sudah diselesaikan di tempat oleh pedagang dan wisatawan, pihaknya tetap menyesalkan insiden itu karena berpotensi mencoreng citra pariwisata Gunungkidul.

“Kami sudah melakukan pembinaan langsung karena kejadian seperti ini, sekecil apa pun, bisa berdampak pada kepercayaan wisatawan. Saat ini kami sedang berupaya keras membangun citra Gunungkidul sebagai destinasi wisata unggulan di DIY,” ujarnya.

Menurut Priyanta, Dinas Pariwisata telah berkoordinasi dengan pengelola pantai dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang.

Ke depan, pembinaan terhadap pelaku usaha dan pedagang di kawasan wisata akan diperkuat, terutama terkait etika pelayanan dan transparansi transaksi.

“Kami menekankan pentingnya kejujuran dan keramahan dalam melayani wisatawan. Semua pihak perlu memahami bahwa pengalaman kecil bagi pengunjung bisa berdampak besar terhadap reputasi pariwisata kita,” ujarnya.

Pendampingan

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul, Oneng Windu mengatakan pihaknya telah meminta seluruh pengelola kawasan wisata dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) untuk lebih aktif memberikan pendampingan kepada pedagang dan pelaku usaha wisata di lapangan.

“Kami menegaskan agar seluruh pelaku wisata menjaga etika dalam bertransaksi dan berinteraksi dengan wisatawan. Kejadian kecil seperti ini bisa berdampak besar terhadap persepsi publik, terutama di era media sosial,” ujarnya.

Dia menambahkan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pengelola kawasan dan aparat kalurahan setempat untuk memperkuat mekanisme pengawasan di lapangan. Selain pembinaan, pihaknya juga akan menyiapkan papan imbauan berisi panduan transaksi dan kontak layanan pengaduan bagi wisatawan.

“Kami ingin setiap kawasan wisata memiliki sistem pengawasan yang responsif. Jika ada persoalan di lapangan, wisatawan bisa langsung melapor ke petugas atau Pokdarwis, sehingga masalah bisa segera diselesaikan tanpa menimbulkan kesalahpahaman,” jelasnya.

Ia juga menuturkan, kejadian ini menjadi pengingat penting bagi seluruh pihak agar terus menjaga kepercayaan publik terhadap pariwisata Gunungkidul. Menurutnya, reputasi daerah tidak hanya dibangun dari keindahan alam, tetapi juga dari integritas dan keramahan masyarakatnya.

“Citra baik pariwisata tidak bisa dibangun hanya lewat promosi, tetapi lewat perilaku dan kejujuran. Kami berharap peristiwa ini menjadi pembelajaran bersama agar ke depan layanan wisata di Gunungkidul semakin profesional,” pungkasnya (ndg)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved