Dosen UMY Tekankan Pentingnya Literasi Agar Generasi Muda Tak Terjebak Paylater

Ia menilai kebiasaan berutang sejak dini tanpa kemampuan mengatur keuangan dapat berdampak panjang.

Dok.UMY
Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Lela Hindasah 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Lela Hindasah mengingatkan generasi muda untuk tidak terjebak paylater. 

Menurut Lela, tren paylater mencerminkan perubahan perilaku konsumsi masyarakat menuju pola belanja berbasis utang jangka pendek yang semakin meluas. 

Fenomena ini banyak ditemukan di kalangan generasi Z, termasuk mahasiswa, yang akrab dengan gaya hidup digital. 

“Generasi ini tumbuh di era promo, cashback, dan diskon musiman yang membuat belanja terasa menyenangkan dan seolah tanpa risiko. Paylater menawarkan kemudahan luar biasa, yakni cukup dengan satu klik, pengguna bisa langsung bertransaksi tanpa jaminan yang jelas. Namun, kemudahan ini dapat menjadi jebakan, karena bunga paylater sering kali lebih tinggi, ditambah biaya administrasi dan denda keterlambatan yang kerap diabaikan oleh pengguna,” katanya, Rabu (15/10/2025).

"Dalam sistem paylater, masyarakat terdorong untuk berbelanja melebihi kemampuan riilnya. Jika tingkat gagal bayar meningkat, dampaknya bisa meluas hingga memengaruhi stabilitas sistem keuangan nasional,” sambungnya.

Ia menilai kebiasaan berutang sejak dini tanpa kemampuan mengatur keuangan dapat berdampak panjang. Mulai dari stres akibat tagihan, penurunan produktivitas, hingga rusaknya riwayat kredit pribadi. Jika tidak disertai literasi keuangan yang memadai, perilaku konsumtif ini dapat menghambat kemandirian finansial di masa depan.

Untuk itu, pihaknya mendorong adanya peningkatan literasi keuangan. Peran kampus menjadi penting dalam membentuk karakter finansial. Melalui kegiatan literasi keuangan, edukasi pasar modal, hingga pelatihan perencanaan keuangan pribadi, mahasiswa dapat belajar membuat keputusan finansial yang bijak dan bertanggung jawab.

“Teknologi keuangan seharusnya menjadi alat bantu, bukan sumber masalah. Dengan pemahaman yang benar, paylater dapat dimanfaatkan secara sehat tanpa menjerumuskan pengguna ke lingkaran utang yang merugikan, baik bagi individu maupun perekonomian,” pungkasnya. (maw)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved