Mengenal 7 Jenis Hujan dan Proses Pembentukannya: Hujan Frontal hingga Buatan

Penulis: Tribun Jogja
Editor: Iwan Al Khasni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi hujan

TRIBUNJOGJA.COM- Memasuki musim hujan, beberapa wilayah di Indonesia mulai mengalami curah hujan tinggi yang bahkan menimbulkan banjir di berbagai daerah.

Padahal, hujan sendiri merupakan salah satu siklus alami yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Namun, tahukah Anda bahwa hujan memiliki beragam jenis dengan proses terbentuk yang berbeda-beda?

Dalam ilmu geografi dan meteorologi, hujan dikategorikan berdasarkan penyebab dan cara terbentuknya.

Dengan memahami jenis-jenis hujan, kita bisa lebih peka terhadap kondisi cuaca, bahkan dapat melakukan langkah antisipasi ketika hujan berpotensi menimbulkan bencana.

Berikut penjelasan lengkap mengenai jenis-jenis hujan yang perlu kamu ketahui, mulai dari yang sering terjadi di Indonesia dirangkum dari berbagai sumber:

1. Hujan Frontal

Hujan frontal terjadi ketika dua massa udara dengan suhu berbeda bertemu.

Massa udara hangat yang lebih ringan naik di atas massa udara dingin yang lebih berat.

Proses ini menciptakan turbulensi dan pendinginan yang menyebabkan uap air mengembun dan turun sebagai hujan.

Ciri khas hujan frontal adalah sering disertai petir dan angin kencang.

Hujan ini biasanya berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam.

Fenomena ini umum terjadi di daerah lintang sedang, seperti di Eropa dan Amerika Utara, namun dapat pula memengaruhi wilayah lain.

2. Hujan Konvektif 

Jenis hujan ini terjadi akibat perbedaan suhu antara permukaan tanah dan lapisan udara di atasnya.

Ketika permukaan daratan memanas, udara di atasnya juga ikut memuai dan naik ke atmosfer.

Kemudian, udara panas ini membawa uap air yang kemudian mengembun dan membentuk awan cumulonimbus, lalu turun sebagai hujan deras.

Hujan konvektif umumnya bersifat lokal, hanya terjadi di sebagian kecil daerah.

Maka dari itu, banyak dari kita yang menyebutnya sebagai hujan lokal.

Hujan inilah penyebab satu wilayah bisa diguyur hujan deras, sementara wilayah lain yang berdekatan tetap kering.

Di Indonesia yang beriklim tropis, hujan konvektif cukup sering terjadi terutama saat siang atau sore hari.

3. Hujan Orografis

Hujan orografis terbentuk ketika angin yang membawa uap air dari lautan terhalang oleh pegunungan.

Udara tersebut dipaksa naik ke lereng gunung, lalu mengalami pendinginan.

Uap air yang terkondensasi kemudian turun sebagai hujan di sisi gunung yang menghadap angin (disebut windward).

Sebaliknya, sisi lain dari gunung yang tidak terkena aliran udara sering kali menjadi daerah kering yang disebut bayangan hujan (rain shadow).

Inilah sebabnya curah hujan di wilayah pegunungan tidak selalu merata, dengan satu sisi yang sangat subur dan sisi lain yang kering.

4. Hujan Muson 

Seperti namanya, hujan muson merupakan hujan yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson.

Angin muson adalag angin yang berembus secara periodik dari daratan ke lautan dan sebaliknya.

Di Indonesia, angin muson timur yang bertiup dari Australia menuju Asia pada bulan Oktober hingga April membawa banyak uap air dan memicu musim hujan.

Sebaliknya, saat angin muson barat berembus dari Asia ke Australia, wilayah Indonesia cenderung mengalami musim kemarau.

Jenis hujan ini sangat berpengaruh pada pola pertanian dan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, terutama dalam hal pasokan air.

Baca juga: Hujan Lebat Disertai Angin Kencang di Sleman Rusak Belasan Rumah Warga

5. Hujan Asam

Hujan asam memiliki pH rendah, biasanya di bawah 5,6.

Secara alami, hujan asam dapat terjadi akibat letusan gunung berapi yang melepaskan sulfur dioksida (SO₂) dan nitrogen oksida (NOx).

Namun, saat ini penyebab terbesar hujan asam adalah polusi dari pembakaran bahan bakar fosil, kendaraan bermotor, dan industri.

Dampak hujan asam sangat berbahaya dapat merusak tanaman, mempercepat korosi logam, mencemari air tanah, bahkan dapat mengganggu kesehatan pernapasan manusia.

6. Hujan Zenithal

Hujan zenithal sering disebut juga hujan ekuatorial atau hujan equator.

Jenis hujan ini terjadi di daerah tropis akibat pertemuan angin pasat timur laut dan tenggara di sekitar khatulistiwa.

Pertemuan ini menyebabkan uap air naik ke atmosfer, membentuk awan tebal, lalu turun sebagai hujan lebat.

Hujan zenithal biasanya turun pada siang hingga sore hari dengan intensitas tinggi, sehingga sangat berperan dalam menjaga kesuburan daerah tropis.

7. Hujan Buatan

Tidak semua hujan terjadi secara alami.

Hujan buatan adalah upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan menaburkan bahan kimia tertentu (seperti perak iodida atau garam) ke awan yang berpotensi hujan. 

Hal ini mendorong terbentuknya tetesan hujan yang lebih cepat.

Di Indonesia, hujan buatan sering digunakan untuk mengatasi kekeringan, mengisi waduk, atau memadamkan kebakaran hutan dan lahan.

Proses ini juga dikenal dengan istilah cloud seeding.

Musim hujan yang sedang berlangsung di Indonesia memang membawa banyak manfaat, seperti menjaga ketersediaan air tanah dan kesuburan lahan.

Namun, curah hujan yang tinggi juga bisa memicu banjir dan tanah longsor.

Dengan memahami jenis-jenis hujan seperti frontal, konvektif, orografis, muson, asam, zenithal, hingga hujan buatan, kita bisa lebih waspada terhadap potensi dampaknya.

Masyarakat juga diharapkan tetap menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, serta mendukung upaya mitigasi bencana di musim hujan.

(MG/Sabbih Fadhillah)

Berita Terkini