Resah Sering Kehilangan Pakaian, Anak-anak Muda Jogja Ini Bikin Aplikasi untuk Bantu UMKM Laundry

Penulis: Azka Ramadhan
Editor: Muhammad Fatoni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEO Aspuri Ahmad dan Public Relation Linda Pratiwi, menunjukkan aplikasi 1010Dry yang dikembangkannya, di Kota Yogyakarta, Senin (18/7/2025).

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bermula dari keresahannya karena kehilangan baju kesayangan di laundry, anak-anak muda Yogyakarta ini membuat satu gebrakan.

Tidak tanggung-tanggung, mereka menciptakan sebuah aplikasi yang dapat dimanfaatkan pengusaha laundry untuk melacak baju para pelanggannya.

Kisah aplikasi bernama 1010Dry itu bermula pada kisaran 2017 silam, ketika founder-nya, Aspuri Ahmad, baru saja lulus dari bangku perguruan tinggi.

Melalui aplikasi itu, pihaknya berusaha menjawab kebutuhan para pelaku UMKM laundry yang mayoritas masih bergantung pada pencatatan manual.

"Karena kita dulu anak kos, beberapa kali baju yang kita transaksikan di laundry hilang. Padahal beberapa itu terbilang premium, memorable, dan bernilai," kata Aspuri, saat ditemui, Senin (18/8/2025).

Akhirnya, pada kisaran 2018, aplikasi 1010Dry berhasil diluncurkannya, yang memungkinkan setiap pakaian yang masuk ke laundry dapat ter-tracking.

Tahapan-tahapan sejak baju masuk, hingga packing, secara berkala busa dipantau langsung oleh owner, kasir, hingga konsumen atau pemilik pakaian.

"Ketika baju datang, ditimbang, misal kiloan, kasir akan menghitung dan merincinya, kemeja berapa, kaos berapa, celana berapa, itu dihitung dan ada check box-nya," ungkapnya.

Baca juga: Kisah Ruru, Mahasiswa asal Zimbabwe Pilih Kuliah S2 Biologi di Kampus UGM Yogyakarta

"Setelah selesai, terus lanjut ke proses pencucian dicek lagi, sampai ke proses packing. Konsumen bisa cek dari aplikasi di hp-nya," urai Aspuri.

Dengan begitu, jika muncul perbedaan data, semua pihak secara terbuka dapat mengetahui, pakaiannya hilang ketika memasuki tahapan apa.

Oleh sebab itu, ia optimis, sistem yang ditawarkannya tersebut sanggup meminimalisir potensi pelanggan kehilangan baju yang dicuci di laundry.

"Karena pencatatan manual rentan kesalahan dan kehilangan. Dengan aplikasi 1010Dry, setiap pakaian yang masuk tercatat secara detail oleh pegawai yang melakukan entry data," cetusnya.

Public Relation 1010Dry, Linda Pratiwi, menuturkan, lebih dari 2.843 outlet laundry di seluruh Indonesia telah menggunakan aplikasinya, dari Aceh sampai Jayapura.

Guna mendapat deretan layanan dari aplikasi itu, pemilik usaha jasa cuci pakaian pun cukup merogoh kocek untuk berlangganan Rp60 ribu per bulan.

"Kalau di Yogyakarta ada 200an laundry yang menggunakan. Aplikasi 1010Dry bisa diunduh lewat play store. Kami sediakan demo gratis selama tujuh hari untuk menjajal dulu," ucapnya.

Linda pun menyampaikan, baru-baru ini pihaknya juga meluncurkan aplikasi versi pro dengan fitur-fitur yang cenderung lebih canggih dan beragam. 

Salah satunya, fitur absensi karyawan menggunakan teknologi face recognition, yang tentu memudahkan pengelolaan SDM di outlet laundry.

"Fitur absensi face recognition ini membantu owner dan manajemen mengontrol kehadiran karyawan tanpa ribet, sekaligus untuk menambah keamanan dan transparansi," jelasnya.

Lebih lanjut, meski mendapat sambutan positif dan digunakan ribuan outlet, ia menegaskan, 1010Dry masih beroperasi secara mandiri tanpa sokongan investor luar. 

Ia memastikan, jalan yang ditempuh 1010Dry masih selaras dengan misi awalnya, untuk membantu UMKM laundry mengembangkan usahanya.

"Kami percaya, dengan teknologi yang tepat, UMKM bisa berkembang pesat dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif ini," pungkasnya. (*)

Berita Terkini