BEI Sebut Ada Beberapa Perusahaan di DIY Yang Pilih Tunda IPO Tahun Ini 

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan DIY, Irfan Noor Riza

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Burse Efek Indonesia (BEI) menyebut beberapa perusahaan di DIY memutuskan untuk menunda Initial Public Offering (IPO) tahun ini.

Kepala Perwakilan BEI Yogyakarta, Irfan Noor Riza mengatakan beberapa perusahaan di DIY sudah mulai mencari informasi ke BEI terkait dengan IPO. Mulai dari perusahaan besar hingga UMKM. 

Dari beberapa perusahaan tersebut, memang ada yang mulai melakukan persiapan internal menuju IPO.

Namun, melihat kondisi ekonomi awal tahun 2025 ini, beberapa memutuskan menunda IPO.

“Kami lihat ada 1 atau 2 perusahaan mulai serius, untuk tahap awal mereka mulai persiapan internalnya menuju IPO. Harapannya ada yang berhasil IPO di akhir tahun 2025 atau awal tahun 2026,” katanya, Rabu (07/05/2025).

“Memang jika kami melihat situasi dan kondisi yang terjadi awal tahun 2025, ada beberapa perusahaan memutuskan menunda untuk IPO-nya. Di DIY kami juga melihat seperti itu,” sambungnya.

Ia mengungkapkan alasan utama perusahaan menunda IPO tahun ini adalah keputusan internal perusahaan itu sendiri.

Pasalnya ada perusahaan yang ingin melengkapi persyaratan yang diminta regulator, misalnya laporan keuangan terbaru, dokumen legal, atau aspek administratif lainnya. 

Proses ini dinamis dan membutuhkan waktu agar semua dokumen dan persyaratan terpenuhi dengan baik.

Selain keputusan internal perusahaan, penundaan IPO juga bisa dipengaruhi evaluasi dan seleksi dari BEI.

Ia menyebut BEI memang tidak terburu-buru meloloskan perusahaan untuk IPO.

Hal itu dilakukan untuk memastikan kualitas dan keberlanjutan bisnis calon emiten. 

“BEI melakukan pemeriksaan mendalam dan hanya meloloskan perusahaan yang benar-benar siap serta memiliki model bisnis yang berkelanjutan. Jika ada kekhawatiran perusahaan akan mengalami masalah keuangan atau hukum setelah listing, BEI dapat meminta perbaikan atau bahkan menolak proses IPO tersebut,” ungkapnya.

Di sisi lain momentum dari sisi sektoral juga menjadi pertimbangan.

Sebab, jika sektor usaha perusahaan dinilai kurang tepat untuk masuk pasar pada saat itu, perusahaan cenderung menunda IPO.

Faktor eksternal seperti dinamika pasar, ketidakpastian ekonomi, atau harga komoditas yang kurang mendukung juga menjadi alasan penundaan IPO.

Perusahaan biasanya menunggu waktu yang dianggap paling optimal untuk mendapatkan valuasi terbaik dan minat investor yang tinggi.

“Jadi, penundaan IPO di tahun 2025 menurut kami umumnya disebabkan oleh kesiapan internal perusahaan, seleksi ketat dari BEI, pertimbangan momentum sektor usaha, serta dinamika dan ketidakpastian pasar,” ujarnya.

Meski begitu, pihaknya tetap optimis perusahaan di DIY bisa melantai di BEI. Terlebih jumlah investor pasar modal selalu tumbuh positif.

“Tentunya jumlah emiten juga akan mengalami pertumbuhan,” pungkasnya. (*)

Berita Terkini