Viral

Bukan Sekadar AI, Berikut 5 Film Studio Ghibli yang Menyuguhkan Tontonan Animasi Unik 

Penulis: Tribun Jogja
Editor: Joko Widiyarso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

5 Film Studio Ghibli yang Menyuguhkan Tontonan Animasi Unik 

TRIBUNJOGJACOM - Belakangan ini, isu AI dengan gaya animasi Studio Ghibli sempat ramai setelah sutradara legendaris Studio Ghibli, Hayao Miyazaki menyampaikan ketidaknyamanannya terhadap penggunaan AI yang dianggap tidak menghargai orisinalitas milik Studio Ghibli. 

Studio Ghibli dikenal di seluruh dunia karena gaya animasinya yang khas dan memukau.

Film-film Ghibli sering menggunakan palet warna yang lembut, pastel, dan alami.

Penggunaan warna yang cermat menciptakan suasana yang hangat, damai, dan seringkali terasa seperti mimpi.

Tidak hanya satu dua, Studio Ghibli sukses memproduksi banyak film animasi yang legendaris dan digemari banyak penonton. 

Berikut film-film Studio Ghibli dengan suguhan gaya animasi unik mereka: 


1. Spirited Away (2001) 

"Spirited Away" (千と千尋の神隠し, Sen to Chihiro no Kamikakushi) adalah film animasi fantasi Jepang tahun 2001 yang ditulis dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki dan diproduksi oleh Studio Ghibli.

Film ini bercerita tentang Chihiro Ogino, seorang gadis berusia 10 tahun yang sedang pindah rumah bersama keluarganya. 

Mereka secara tidak sengaja masuk ke dunia roh dan makhluk gaib setelah melewati sebuah terowongan misterius. 

Ketika orang tuanya diubah menjadi babi karena makan makanan untuk para roh, Chihiro harus bekerja di pemandian umum yang dikelola oleh penyihir Yubaba untuk mencari cara membebaskan mereka dan kembali ke dunia manusia.

Film ini pertama kali dirilis di Jepang pada tanggal 20 Juli 2001.

"Spirited Away" meraih kesuksesan komersial yang luar biasa, menjadi film terlaris dalam sejarah perfilman Jepang dengan pendapatan lebih dari ¥31.68 miliar (sekitar $396 juta USD di seluruh dunia).

Film ini mendapat pujian luas dari kritikus dan memenangkan berbagai penghargaan internasional bergengsi, termasuk:

Academy Award for Best Animated Feature pada tahun 2003, menjadi satu-satunya film animasi non-berbahasa Inggris dan satu-satunya anime yang memenangkan kategori ini hingga saat ini.

Golden Bear di Festival Film Internasional Berlin tahun 2002 (berbagi penghargaan dengan "Bloody Sunday").

Banyak penghargaan Annie Awards, Japan Academy Prize, Hong Kong Film Award, dan lainnya.

Film ini mengeksplorasi berbagai tema seperti identitas, keserakahan, persahabatan, keberanian, dan keseimbangan antara dunia manusia dan dunia roh.

 

2. Grief of The Fireflies (1988) 

"Grave of the Fireflies" (火垂るの墓 - Hotaru no Haka) Grave of the Fireflies adalah film produksi Studio Ghibli yang rilis pada 16 April 1988 dan disutradarai oleh Isao Takahata. 

Film ini dibuat berdasarkan cerpen semi-otobiografi tahun 1967 dengan judul yang sama karya Akiyuki Nosaka

"Grave of the Fireflies" adalah kisah tragis tentang dua saudara kandung Jepang, Seita (kakak laki-laki berusia sekitar 14 tahun) dan Setsuko (adik perempuan berusia sekitar 4 tahun), yang berjuang untuk bertahan hidup di Jepang selama Perang Dunia II.

Kisah dimulai setelah serangan bom api Amerika menghancurkan kota Kobe pada bulan Maret 1945. 

Seita dan Setsuko berhasil selamat, tetapi ibu mereka meninggal karena luka bakar yang parah. 

Ayah mereka adalah seorang kapten di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dan tidak ada kabar tentangnya.

Setelah tinggal sebentar dengan bibi mereka, hubungan mereka memburuk karena bibi mereka menjadi semakin tidak ramah dan enggan berbagi makanan dengan mereka. 

Seita dan Setsuko akhirnya memutuskan untuk pergi dan tinggal di sebuah bungker perlindungan bom yang ditinggalkan.

Di sana, mereka mencoba membangun kehidupan sendiri. 

Mereka menangkap kunang-kunang untuk menerangi tempat tinggal mereka pada malam hari. 

Namun, seiring berjalannya waktu, persediaan makanan semakin menipis, dan mereka harus menghadapi kenyataan pahit dari kelaparan dan penyakit di tengah-tengah perang yang berkecamuk.

Cerita film ini mengikuti perjuangan mereka untuk bertahan hidup, ikatan persaudaraan yang kuat, dan kepolosan mereka yang secara bertahap terkikis oleh kerasnya kenyataan perang.

Film ini dengan gamblang menunjukkan dampak dahsyat perang terhadap warga sipil, terutama anak-anak.

"Grave of the Fireflies" diakui secara luas sebagai salah satu film animasi anti-perang paling kuat dan mengharukan yang pernah dibuat.

Meskipun tidak terlalu sukses secara komersial di Jepang pada saat perilisannya, film ini kemudian mendapatkan pengakuan internasional dan pujian kritis yang besar.

Penghargaan yang diraih:

Blue Ribbon Awards 1989: Special Award

Chicago International Children's Film Festival 1994: Animation Jury Award

Chicago International Children's Film Festival 1994: Rights of the Child Award

"Grave of the Fireflies" adalah film yang sangat berkesan dan penting untuk ditonton bagi siapa saja yang ingin memahami dampak perang dari sudut pandang anak-anak dan kekuatan ikatan keluarga di tengah kesulitan.


3. Howl’s Moving Castle (2004) 

"Howl's Moving Castle" (ハウルの動く城 - Hauru no Ugoku Shiro) adalah film animasi fantasi Jepang tahun 2004 yang ditulis dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki. 

Film ini diproduksi oleh Studio Ghibli dan didistribusikan oleh Toho yang merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya penulis Inggris, Diana Wynne Jones.

Film ini mengangkat cerita tentang Sophie Hatter, seorang gadis muda pemalu yang bekerja di toko topi milik keluarganya. 

Suatu hari, ia bertemu dengan seorang penyihir tampan dan misterius bernama Howl. 

Namun, pertemuannya ini menarik perhatian Penyihir Padang Pasir yang jahat, yang kemudian mengutuk Sophie menjadi seorang wanita tua.

Dalam wujud barunya, Sophie meninggalkan rumah dan secara kebetulan masuk ke dalam kastil bergerak milik Howl. 

Di dalam kastil yang penuh dengan keajaiban dan dihuni oleh berbagai makhluk aneh, Sophie bertemu dengan Calcifer, iblis api yang menjadi sumber kekuatan kastil, dan Markl, murid muda Howl.

Untuk memecahkan kutukan dan kembali ke wujud aslinya, Sophie harus menjalin hubungan dengan Howl dan menghadapi berbagai tantangan, termasuk perang yang sedang berkecamuk dan intrik para penyihir. 

Seiring berjalannya waktu, Sophie tidak hanya berusaha memecahkan kutukannya, tetapi juga belajar tentang diri sendiri, keberanian, dan arti cinta sejati.

Film ini menyoroti bagaimana cinta dan penerimaan diri dapat mengubah seseorang, baik secara fisik maupun emosional.

Meskipun berlatar dunia fantasi, film ini juga menyentuh tema peperangan dan dampaknya yang merusak.

Karakter Howl adalah sosok yang kompleks, melambangkan keinginan untuk bebas dan menolak terikat oleh aturan atau kekuasaan.

"Howl's Moving Castle" mendapat pujian kritis yang luas atas visualnya yang memukau, cerita yang imajinatif, dan kedalaman tematiknya.

Film ini dinominasikan untuk Academy Award untuk Film Animasi Terbaik pada tahun 2006.

Meraih berbagai penghargaan lain, termasuk Penghargaan Nebula untuk Skenario Terbaik dan Penghargaan Pilihan Pembaca Mainichi Film Awards untuk Film Jepang Terbaik.


4. My Neighbor Totoro (1988) 

"My Neighbor Totoro" (となりのトトロ - Tonari no Totoro) adalah film produksi Studio Ghibli yang rilis pada 16 April 1988 dengan sutradara dan penulis Hayao Miyazaki. 

"My Neighbor Totoro" bercerita tentang dua gadis kecil, Satsuki (berusia sekitar 10 tahun) dan Mei Kusakabe (berusia sekitar 4 tahun), yang pindah bersama ayah mereka, seorang profesor universitas, ke sebuah rumah tua di pedesaan. 

Kepindahan ini dilakukan agar lebih dekat dengan ibu mereka yang sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit jangka panjang (diketahui sebagai tuberkulosis).

Satsuki dan Mei sangat gembira dengan rumah baru mereka dan segera mulai menjelajah lingkungan sekitar. 

Mereka menemukan bahwa hutan di dekat rumah mereka dihuni oleh makhluk-makhluk ajaib yang hanya bisa dilihat oleh anak-anak. 

Suatu hari, Mei bertemu dengan roh hutan yang besar dan lembut bernama Totoro. 

Totoro menjadi teman baik Mei, dan kemudian juga berteman dengan Satsuki.

Totoro memperkenalkan para gadis pada dunia yang penuh keajaiban, termasuk membawanya terbang di atas hutan dan memanggil Bus Kucing (Neko no Basu), seekor kucing raksasa yang bisa berubah menjadi bus dengan banyak kaki dan senyum lebar.

Ketika Satsuki dan Mei mendengar kabar buruk tentang kondisi ibu mereka, Mei mencoba pergi sendiri ke rumah sakit untuk menemuinya dan kemudian menghilang. 

Satsuki yang panik meminta bantuan Totoro untuk menemukan adiknya. 

Dengan bantuan Bus Kucing, Satsuki berhasil menemukan Mei, dan bersama-sama mereka diam-diam melihat ibu mereka dari jendela rumah sakit, meyakinkan mereka bahwa ibunya baik-baik saja.

Film ini berakhir dengan ibu mereka yang kembali ke rumah, dan keluarga Kusakabe menjalani kehidupan bahagia mereka di pedesaan bersama teman-teman ajaib mereka.

Film ini menangkap kepolosan, imajinasi, dan rasa ingin tahu anak-anak serta menekankan pentingnya menghormati dan menghargai alam.

Di samping itu, film ini juga enggambarkan kasih sayang dan dukungan dalam keluarga, terutama antara saudara kandung.

Meskipun menghadapi kesulitan (sakitnya ibu), film ini sukses menyampaikan pesan tentang harapan dan kemampuan untuk mengatasi tantangan.

"My Neighbor Totoro" adalah salah satu film Studio Ghibli yang paling ikonik dan dicintai di seluruh dunia.

Film ini menerima banyak penghargaan, termasuk:

Animage Anime Grand Prix prize (1988)

Mainichi Film Award for Best Film (1989)

Kinema Junpo Award for Best Film (1989)

Special Award di Blue Ribbon Awards (1989)


5. Ponyo (2008) 

"Ponyo" (崖の上のポニョ - Gake no Ue no Ponyo) adalah film produksi Studio Ghibli yang rilis pada 19 Juli 2008. 

"Ponyo" bercerita tentang persahabatan yang mengharukan antara seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Sosuke dan seekor putri ikan mas ajaib bernama Ponyo.

Ponyo, yang bernama asli Brunhilde, adalah putri dari seorang penyihir laut bernama Fujimoto dan dewi laut Granmamare. 

Suatu hari, Ponyo kabur dari rumah bawah lautnya dan terdampar di pantai dekat rumah Sosuke. 

Sosuke menemukan Ponyo yang terjebak di dalam botol kaca dan berhasil menyelamatkannya.

Sosuke sangat menyukai Ponyo dan berjanji akan melindunginya. 

Ponyo pun juga sangat menyukai Sosuke dan terpesona dengan dunia manusia. 

Dengan menjilat darah Sosuke yang terluka saat memecahkan botol, Ponyo secara ajaib mulai berubah menjadi manusia.

Ayah Ponyo, Fujimoto, sangat marah dan berusaha membawa kembali putrinya ke laut. Namun, Ponyo menolak dan dengan bantuan saudara-saudarinya, ia melepaskan kekuatan sihir yang sangat besar untuk sepenuhnya menjadi manusia dan kembali kepada Sosuke.

Tindakan Ponyo ini menyebabkan ketidakseimbangan di alam, memicu badai dan tsunami yang mengancam kota tempat tinggal Sosuke. 

Granmamare, ibu Ponyo, datang untuk membantu memulihkan keseimbangan alam dan memberikan kesempatan kepada Ponyo untuk tetap menjadi manusia, asalkan Sosuke dapat membuktikan cintanya yang tulus padanya, baik dalam bentuk ikan maupun manusia.

Animasi ini menyajikan tema yang kompleks mulai dari persahabatan, cinta tanpa syarat, keluarga, dan hubungan antara manusia dan alam. 

"Ponyo" adalah film yang sukses secara komersial dan mendapat pujian kritis atas visualnya yang indah, ceritanya yang menghangatkan hati, dan karakter-karakternya yang menggemaskan.

Film ini memenangkan beberapa penghargaan, termasuk Penghargaan Animasi Terbaik di Japan Academy Prize ke-32. (MG Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita) 

 

 

Berita Terkini