TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) DIY menggelar Rukyatul Hilal Awal bulan Syawal 1446 H di Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Belabelu, Parangtritis, Bantul, Sabtu (29/3/2025).
Kepala Kanwil Kemenag DIY, Ahmad Bahiej, menjelaskan rukyatul hilal bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga bagian dari pengembangan ilmu falak dan astronomi Islam.
“Ilmu Falak memiliki peran penting dalam menentukan awal bulan Syawal melalui sistem hisab dan rukyatul hilal. Proses ini tidak hanya sekadar melihat hilal, tetapi juga memerlukan kontekstualisasi dengan perhitungan astronomi yang akurat,” ungkapnya.
Hadir Kabid Urusan Agama Islam Sa’ban Nuroni dan jajaran, Ketua Badan Hisab Rukyat (BHR) DIY Mutoha Arkanuddin, jajaran Kakankemenag Kabupaten/Kota dan tamu undangan lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan hisab yang diterima, pada hari ini, waktu matahari terbenam di Yogyakarta tercatat pada pukul 17.44.39 WIB, sementara bulan terbenam pada pukul 17.37.47 WIB.
Tinggi hilal menurut perhitungan geosentris adalah -1 derajat 29 menit 31 detik, sedangkan secara toposentris berada pada -2 derajat 30 menit 35 detik.
Dengan posisi hilal yang berada di bawah ufuk, maka hilal tidak mungkin terlihat secara kasat mata.
“Meskipun demikian, rukyatul hilal tetap dilaksanakan sebagai bentuk implementasi ilmu Falak. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga tradisi keilmuan serta memastikan bahwa perhitungan hisab yang dilakukan oleh para ahli dapat diuji melalui observasi langsung,” jelas Ahmad Bahiej.
“Rukyatul hilal bukan sekadar tradisi, tetapi juga bagian dari metode ilmiah dalam ilmu Falak,” ujarnya menambahkan.
Baca juga: BREAKING NEWS : Pemerintah Tetapkan Idulfitri 1446 H Jatuh pada Senin 31 Maret 2025
Selain itu, pentingnya menjaga ilmu Falak juga menjadi perhatian, mengingat semakin sedikit mahasiswa yang mengangkat tema ini dalam penelitian akademik mereka.
“Di lingkungan kampus, khususnya di Fakultas Syariah, minat mahasiswa dalam meneliti ilmu Falak semakin berkurang. Sebagian besar jurusan hukum keluarga Islam, memilih kajian skripsi atau tesis seperti pernikahan dan perceraian,” sambung Kakanwil.
Dijelaskan, Rukyatul hilal juga menjadi bagian dari proses nasional dalam penetapan awal bulan syawal, yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam sidang isbat oleh Kementerian Agama. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, Akademisi, organisasi masyarakat Islam dan tim ahli astronomi.
Selain itu, akan ada beberapa kajian yang membahas lebih lanjut tentang pentingnya rukyatul hilal dalam konteks keislaman dan ilmu Falak.
“Dengan adanya gerakan nasional rukyatul hilal yang dilakukan serentak di 124 lokasi di Indonesia, diharapkan ilmu Falak tetap lestari dan dapat terus dikembangkan oleh generasi mendatang sebagai bagian dari warisan keilmuan Islam,” pungkas Kakanwil. (*)