Teman Dekat Korban Miras Oplosan Bantul Ungkap Kejanggalan Wujud Miras yang Berbusa

Penulis: Miftahul Huda
Editor: Yoseph Hary W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KEJANGGALAN: Foto dok Makam Korban Miras Oplosan di Bantul dibongkar oleh polisi untuk diselidiki fakta penyebab kematiannya, Kamis (6/3/2025). Teman dekat korban ungkap kejanggalan-kejanggalan.

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Teman dekat korban meninggal akibat minuman keras (miras) oplosan di Bantul merasa kehilangan atas kepergian RKP (21) remaja perempuan asal Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta.

Rasa kehilangan itu disampaikan Andre Setiawan, saat menghadiri ekshumasi oleh pihak kepolisian guna mencari fakta penyebab kematian teman dekatnya, pada Kamis (6/3/2025) siang di Makam Lowanu, Kota Yogyakarta.

Andre merasa khawatir sesaat sebelum RKP (21) pergi bersama temannya inisial MAM (24) warga Baciro, Kota Yogyakarta menuju ke Kalurahan Tamanan, Bangunjiwo, Bantul untuk berpesta miras bersama dua laki-laki inisial KPP (22) dan AF (27).

"Pas sebelum kejadian itu, dia nggak ada pamit sama sekali. Saya kan tak tinggal kerja, tiba-tiba pas saya WhatsApp, cuma ceklis satu," kata Andre.

Belakangan diketahui, handphone RKP dipegang sama temannya yang jemput RKP di rumah.

Andre kemudian mengetahui bahwa korban dijemput oleh temannya. Namun, ketika kembali ke rumah, kondisi RKP sudah mengkhawatirkan. 

"Sampai di rumah itu sudah sempoyongan, sudah tidur," jelasnya.

Saat itu, dia pun kebingungan karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada korban.

Dari informasi yang dikumpulkan, dugaan sementara menyebutkan bahwa korban mengonsumsi minuman keras oplosan.

"Yang diminum itu kayaknya sejenis oplosan, kayak alkohol murni yang dicampur dengan minuman lain, yang ada rasa-rasa gitu," jelas Andre.

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa minuman tersebut berbusa, yang mana terdapat campuran tertentu yang berpotensi membahayakan tubuh.

Setelah mengonsumsi minuman itu, kondisi korban terus memburuk hingga harus dirujuk ke rumah sakit.

"Efeknya itu lama, pokoknya 24 jam itu tidur, nggak mau makan," ujar Andre.

Seusai pihak kepolisian turun tangan, keluarga korban sempat mempertimbangkan untuk tidak melakukan autopsi demi menghormati jenazah, tetapi mereka juga ingin keadilan ditegakkan.

"Kalau kemarin kan maunya nggak diautopsi, soalnya kasihan sama almarhum. Namun kalau nggak gitu, nanti tersangkanya nggak sebanding sama nyawa yang hilang," ujar Andre.

Perlu diketahui kasus ini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian untuk mengungkap fakta sebenarnya. (hda)

Berita Terkini