Kisah Inspiratif

KISAH Dua Pemuda di Magelang Hasilkan Uang Jutaan Rupiah dari Budidaya Maggot

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua pemuda yakni Septian Yoga Prabowo (29) dan Agus Candra (27) merintis budidaya maggot di Magelang

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG – Maggot, larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF), ternyata memiliki potensi besar untuk menghasilkan cuan sekaligus membantu mengurai sampah organik. 

Dua pemuda di Magelang, Septian Yoga Prabowo (29) dan Agus Candra (27), telah membuktikan hal ini. 

Dengan kegigihan dan ketelatenan, keduanya berhasil merintis bisnis budidaya magot yang tidak hanya mampu mendatangkan keuntungan ekonomi tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

Bisnis yang dinamai Reformasi Hijau ini dimulai pada September 2024 dengan menyewa lahan kosong seluas 100 meter persegi di Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Lahan tersebut dimanfaatkan untuk budidaya maggot dalam satu siklus, mulai dari penetasan telur hingga maggot berkembang menjadi lalat dewasa dan bertelur kembali.

Awalnya, bisnis ini hanya berupa kegiatan kecil dengan memanfaatkan sampah organik dari warung makan dan restoran-restoran kecil di Magelang.

"Waktu skala kecil, kami hanya menitipkan ember di warung makan untuk mengolah sampah organik. Tapi, seiring bertambahnya populasi maggot, kami mulai berkolaborasi dengan HIPMI, PHRI, dan menjadi mitra Dinas Lingkungan Hidup (DLH)," kata Yoga, Rabu (15/1/2025).

Alumnus Ilmu Administrasi Negara Untidar ini menjelaskan, seiring dengan bertambahnya populasi maggot, saat ini mereka juga menerima sampah dari sebuah hotel besar di Magelang serta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang baru beroperasi belakangan ini.

Diketahui, SPPG merupakan dapur umum yang dibangun atas inisiatif Presiden Prabowo dalam mendukung penyediaan makanan bergizi.

Setiap hari, mereka bisa mengolah sampah organik sebanyak 1–1,5 kuintal yang berasal dari hotel, restoran, dan dapur SPPG di Magelang. 

Namun, mereka mengaku sempat mengalami kendala dalam standar pemilahan sampah.

"Kami pernah mengambil sampah dari hotel berbintang, tetapi karena SOP pemilahannya buruk, sampah organik bercampur dengan non organik. Ini membuat pengolahan menjadi lebih rumit," tambah Yoga.

KOMPLEKS Makam Eksklusif di Jogja Lantai Dua, Tipe Harmony Diharga Rp160 Juta

Kraton Jogja Turun Tangan Pindah Makam Kyai Kromo Ijoyo yang Diterjang Tol Jogja-Solo

Proses Budidaya Maggot

Budidaya maggot dimulai dengan memanen telur lalat BSF. 

Telur akan menetas menjadi larva kecil dalam tiga hari dan diletakkan dalam baskom kecil selama seminggu. 

Setelah itu, larva dipindahkan ke biopon besar untuk tumbuh hingga usia 16 hari, saat mereka siap dipanen.

Dia menjelaskan, dalam satu minggu, mereka rata-rata dapat memproduksi maggot sebanyak 2–3 kuintal. 

Adapun untuk menghasilkan 1 kilogram maggot, setidaknya dibutuhkan 5 kilogram pakan. 

Oleh karena itu, setiap minggu mereka memerlukan sekitar 1–1,5 ton sampah organik sebagai bahan pakan.  

Selain larva, pupa maggot rupanya juga bisa dimanfaatkan untuk pupuk. 

Budidaya Maggot (Tribunjogja.com/ Yuwantoro Winduajie)

Telur maggot juga kadang dijual kepada para pemula yang ingin belajar budidaya. 

Adapun harga telur maggot dipatok Rp2.500 per gram, di mana satu gram telur dapat menghasilkan 1,5 kilogram maggot.

"Yang bisa dimanfaatkan dari maggot sebenarnya semuanya. Larvanya untuk pakan ternak, cangkang pupanya untuk pupuk, kotoran maggot juga bisa digunakan sebagai pupuk organik," kata lulusan Fakultas Hukum UII Ini.

Dengan harga jual maggot Rp7.000 per kilogram, usaha ini menghasilkan pendapatan kotor sekitar Rp6–8 juta per bulan.

Setelah dikurangi biaya operasional dan bagi hasil dengan pemilik lahan, mereka tetap meraih keuntungan bersih yang cukup memuaskan.

"Kami masih memanfaatkan 80 persen kapasitas biopon karena pasokan sampah organik belum selalu stabil. Dalam seminggu, kami membutuhkan sekitar 1–1,5 ton sampah organik," ungkap Agus.

KOMPLEKS Makam Eksklusif di Jogja Lantai Dua, Tipe Harmony Diharga Rp160 Juta

Inspirasi

Di balik usaha maggot yang dirintisnya, Yoga mengungkapkan bahwa inspirasinya berasal dari pengalaman saat masih duduk di bangku kuliah.

Pada saat itu, Yoga melihat masih sedikit orang yang secara langsung mengadvokasi isu lingkungan. 

Hal itu mendorongnya untuk terjun langsung ke lapangan, mulai dari mengolah sampah di Kota Magelang hingga mempelajari budidaya maggot.

Dia memulai dengan mencoba mengolah sampahnya secara mandiri di rumahnya. 

Terlebih dirinya juga sempat mengikuti pelatihan budidaya maggot yang dilaksanakan DLH Kota Magelang pada 2021 lalu.

"Lalu dinas lingkungan hidup juga punya program pelatihan maggot dari 2021, nah mulai dari itu saya kontinyu di magot," ujar Yoga.

Sementara itu, Agus menemukan potensi maggot saat mencari alternatif protein untuk ternak entoknya di kampung halamannya, Temanggung. 

"Waktu itu saya butuh sumber protein yang murah untuk pakan entok. Setelah mencoba maggot, ternyata bisa berjalan," jelas Agus.

Meski berhasil, usaha ini tidak lepas dari tantangan. 

Salah satunya adalah fluktuasi pasokan sampah organik yang didapatkan. 

Selain itu, mereka juga harus terus meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar.

Untuk saat ini, pasar mereka masih fokus di wilayah Kota dan Kabupaten Magelang. 

"Maggot memiliki siklus hidup yang cepat, sehingga agak sulit jika harus mengirimnya ke luar kota. Tapi kami optimis usaha ini bisa terus berkembang," kata Yoga. (Tribunjogja.com/Yuwantoro Winduajie)

Berita Terkini