Usaha Sajiman Merawat Ikon Budaya Topeng Batik Khas Bobung Gunungkidul yang Mulai Terlupakan 

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sajiman saat menunjukkan pembuatan topeng batik khas Bobung, pada Rabu (8/1/2025)

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Lebih dari empat puluh tahun lamanya, Sajiman (70), perajin topeng kayu batik khas Desa Wisata Bobung yang terletak di desa Putat, kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, berkutat di dunia kerajinan kriya tersebut. 

Sajiman merupakan salah satu sosok yang menjadi pionir untuk mendorong Desa Wisata Bobung menjadi sentra kerajinan batik kayu di Yogyakarta.

Dia bercerita sebelum dikenal sebagai desa perajin topeng kayu, warga Dusun Bobung lebih mengandalkan pertanian sebagai  mata pencaharian pokok. 

Saat masa panen tiba, para petani di Bobung menggelar upacara syukuran memakai tari topeng dengan lakon Panji.

Topeng yang dipakai sebagai perangkat utama tarian adalah topeng klasik yang dibuat sendiri oleh penarinya tanpa di batik. Dari sinilah, asal muasal kerajinan topeng kayu Bobung. 

"Dulu kebanyakan permintaan topeng klasik untuk dipakai tarian tradisional. Namun, seiiring perkembangan zaman permintaan berubah,  konsumen lebih mencari topeng untuk hiasan maupun suvenir. Dari sinilah, sekitar tahun 1990-an, mulai membuat topeng kayu batik untuk memenuhi permintaan pasar,"ujarnya pada Rabu (8/1/2025).

Dia menuturkan dengan sentuhan motif batik yang khas membuat hasil kerajinan topeng kayu Bobung ini laku keras di pasaran, bahkan peminatnya sampai mancanegara. 

"Ada keunikan yang hanya dimiliki perajin topeng kayu Bobung ini, yakni motif batik yang dilukis yang mencirikan kehidupan lampau warga Bobung, selain itu pembuatan topeng juga masih dilakukan secara manual,"tuturnya.

Keberhasilan topeng kayu batik Bobung inipun sempat membuat perekonomian warga ikut bergerak. Bahkan, hampir seluruh warga, baik muda dan tua ikut terlibat dalam usaha pembuatan kerajinan topeng kayu tersebut. 

Baca juga: Rekomendasi Wisata: Belanja dan Belajar Membuat Topeng Kayu di Desa Wisata Bobung Gunungkidul

"Dulu setiap rumah pasti membuat topeng khas Bobung ini, bahkan setiap Minggu,saya membuat  pelatihan untuk anak-anak muda belajar membuat topeng Bobung,"ungkapnya.

Namun, masa kejayaannya tersebut tidak berlangsung lama. Kini, banyak anak muda di Dusun Bobung memilih meninggalkan kegiatan membuat kerajinan topeng kayu tersebut.

"Sekarang untuk menjual satu topeng saja sangat sulit, ini mulai terjadi sejak pandemi  Covid-19 datang. Kedatangan wisatawan di desa kami turun drastis, hal ini yang membuat banyak warga pun terpaksa beralih ke profesi lain, ada yang kembali bertani atau menjadi kuli bangunan,"ungkapnya.

Sajiman menuturkan  saat ini jumlah perajin topeng kayu Bobung yang tersisa dapat dihitung jari. Bahkan, anak-anak muda di Bobung tidak lagi memiliki kemahiran untuk membuat topeng tersebut.

"Saat ini, paling hanya  empat rumah saja yang masih berproduksi membuat topeng. Dan, yang mengkhawatirkan anak-anak muda di sini tidak lagi berminat pada pembuatan topeng klasik, Ini yang membuat  cukup resah, jika tidak dijaga dari sekarang  nantinya kerajinan topeng akan tergerus oleh zaman,"tuturnya.

Alasan itulah yang membuat, Sajiman masih senantiasa membuat topeng kayu Bobung meskipun pesanan yang masuk sangat minim.

"Usaha yang bisa saya buat hanya ini, agar topeng Bobung masih terjaga dan tidak hilang dikemudian hari. Karena, bagi saya menjaga warisan budaya ini bukan hanya sekedar untuk mencari kebutuhan ekonomi saja, namun lebih dari pada itu,"terangnya.

Tak hanya itu, Sajiman pun sampai sekarang masih membuka galeri tempat pembuatan topeng Bobung yang berada di depan rumahnya. Meskipun, produksi yang dilakukan cuma sesekali saja.

"Meskipun tidak ada pesanan maupun pengunjung tetap saya buka. Karena, tidak jarang banyak juga pelajar, akademis, sejarawan, baik dari dalam maupun luar negeri ingin belajar tentang pembuatan hingga sejarah topeng klasik batik khas Bobung ini,"ujarnya.

Menurutnya, dengan memberikan ilmu dan pengetahuan tentang topeng khas  Bobung itu, akan membuatnya tetap hidup.

"Saya sudah  berjanji dalam diri, galeri ini akan terbuka untuk siapa saja yang mau belajar tentang topeng Bobung. Bahkan, saya tidak memungut biaya apapun untuk hal ini, karena memang semata sebagai upaya agar melestarikan budaya asli Bobung tersebut,"tuturnya.

Selain itu, Sajiman turut mewariskan keahliannya kepada anak kandungnya. Dari tiga anak yang dimilikinya, dua anak menggeluti seni pembuatan topeng tersebut.

"Alhamdulillah, dua anak saya meneruskan pembuatan topeng Bobung ini, kebetulan mereka tertarik dengan dunia seni. Harapannya, mereka bisa menularkan hal yang baik khususnya  terkait topeng Bobung ini  ke orang lain di sekitarnya. Jangan sampai ikon budaya Bobung ini terlupakan dan ditinggalkan,"tandasnya. (ndg)

 

 

 

 

 

Berita Terkini