TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pameran Kreativitas Mahasiswa Kearsipan Universitas Gadjah Mada atau biasa disebut dengan Kertas UGM digelar di Departemen Bahasa, Seni dan Manajemen Budaya, Sekolah Vokasi UGM.
Gelaran ini dilaksanakan mulai 4-8 November 2024 pukul 08.00 – 19.00 WIB.
Pameran ini sendiri merupakan gelaran tahunan yang diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi sejak tahun 2014 yang dikategorikan sebagai agenda khas tahunan dalam bentuk pameran.
Ketua panitia kegiatan, Faisol Fajar Bagus Junaedi, menjelaskan pameran Arsip UGM ini digelar rutin setiap tahunnya dalam rangka memenuhi mata kuliah Pameran Arsip dengan bobot 4 SKS.
“Panitianya sendiri diisi oleh mahasiswa Prodi Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi semester 5 dan semester 3,” terangnya.
Ia menambahkan, selain untuk memenuhi mata kuliah Pameran Arsip, tujuan dari gelaran ini adalah sebagai sarana pembelajaran terkait tata cara mengelola event pameran arsip.
“Melalui kegaiatan ini, panitia tentunya dapat belajar dan dibimbing oleh dosen pengampu Bapak Irfan Rizky Darajat, S.I.P., M.A tentang tata cara mengelola event pameran arsip. Mulai dari pembentukan panitia, menentukan tema dan jalan cerita, mengkonsep desain ruangan, dan lain-lain,” paparnya.
Untuk gelaran tahun ini, tema yang diangkat dalam Pameran Arsip UGM adalah persoalan sampah.
Tajuk Pameran Arsip 2024 yang diusung adalah ‘Sisa-Sisa Kita: Sampah dalam Catatan yang Terserak di Yogyakarta.’
Melalui tema dan tajuk pameran itu, Kertas UGM 2024 menyajikan beragam arsip, baik tektual hingga audiovisual, yang dikumpulkan, dipertemukan dan dihubungkan dari individu, komunitas, maupun instansi pemerintahan baik melalui panggilan arsip maupun kerja sama terhadap terjadinya krisis sampah.
Baca juga: Tim UGM Sebut Gua Staglamit dan Stalaktit di JJLS Gunungkidul Tetap Dipertahankan
Arsip-arsip ini bertujuan untuk membangun kesadaran terhadap kompleksitas permasalahan sampah dan dapat menginspirasi adanya perubahan yang dimulai dari diri sendiri dan komunitas.
Faisol menuturkan, pameran ini tidak hanya tentang karya seni dan sejarah masa lampau, tetapi juga dapat menyajikan pameran dengan tema isu hangat yang sedang terjadi di sekitar kita.
Termasuk di antaranya pemilihan tema besar terkait sampah yang diusung pada pameran kali ini.
“Sampah menjadi tema yang menarik, mengingat Yogyakarta yang merupakan kota tujuan berwisata ternyata menyimpan cerita kelam mengenai sampah yang menumpuk dan tidak terkendali keberadaannya. Isu sampah tersebutlah yang kami pilih untuk kami arsipkan dalam kemasan Pameran Arsip UGM 2024 ini,” beber dia.
Pameran arsip UGM Sisa-sisa Kita: Sampah Dalam Catatan yang Terserak di Yogyakarta ini menampilkan 4 alur cerita pameran yang bisa dilihat dan dinikmati oleh pengunjung.
Adapun garis cerita terdiri dari Sisa-sisa kita; Polemik TPA Piyungan; Tilik soro; serta Sampah dan mereka yang bersuara.
Di ruang pameran arsip bertajuk ‘Sisa-sisa Kita’ menghadirkan data terhadap sampah yang terserak di Yogyakarta meliputi arsip data jumlah sampah, data sebaran TPS, data TPS yang masih layak dan tidak layak, data akumulasi sampah, dan lain-lain.
Ruang ini menghadirkan data-data tentang sampah agar pengunjung dapat mengetahui jumlah sampah yang tertimbun di Yogyakarta tepatnya di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal berdasarkan data dan fakta konkret.
Diharapkan dengan adanya data ini pengunjung lebih sadar serta dapat melihat sendiri jumlah sampah yang tertimbun di Yogyakarta sebagai isu krusial.
Sementara di ruang pameran arsip bertajuk ‘Polemik TPA Piyungan’ menguraikan masalah yang terjadi secara lebih konkret dan terperinci tentang masalah tempat pembuangan akhir yang kurang banyak disorot oleh publik.
Di ruangan ini, pengunjung akan disuguhkan dengan masalah TPA Piyungan pada pra-operasional, operasional, dan PascaOperasional.
Tidak hanya arsip tekstual, terdapat pula arsip video dan audio visual yang ditampilkan dari beragam pencipta.
Sedangkan di ruangan bertajuk ‘Tilik Soro’ menghadirkan masalah sampah secara luas. Ruangan ini akan menyajikan beragam isu-isu sampah yang ada di Yogyakarta seperti Tempat pembuangan sampah kurang layak, masyarakat masih membuang sampah sembarangan padahal terpasang banner berisi imbauan larangan untuk membuang sampah sampah serta isu-isu sampah lainnya yang menjadi masalah di ruang publik.
Diharapkan dengan adanya ruangan ‘Tilik soro’ pengunjung lebih peduli dan sadar akan isu-isu lingkungan yang harus menjadi perhatian dan tindakan nyata untuk memperbaikinya.
Ruangan terakhir dalam pameran ini bertajuk Sampah dan Mereka yang Bersuara, di mana di ruangan ini pengunjung akan disajikan tentang keresahan masyarakat terkait dengan sampah.
Kritik-kritik tentang kemarahan, kekecewaan,dan kesedihan mengenai sampah akan terlihat.
Selain itu, ruangan ini menampilkan aksi peduli dalam ruang lingkup UGM dan Non UGM dari berbagai individu, UMKM, Komunitas dan lingkup organisasi terkait dengan upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pengurangan sampah.
Ruangan ini bertujuan untuk menginspirasi pengunjung agar ikut serta turun dalam aksi pengurangan sampah yang dapat dimulai dari langkah kecil dan nyata oleh setiap individu. (*)