TRIBUNJOGJA.COM - Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto sempat menyebutkan tentang Gerakan Non Blok dan Non-Aligned dalam pidato perdananya setelah dilantik di Gedung MPR, Jakarta, Minggu (20/10/2024).
“Saudara-saudara sekalian, dalam menghadapi dunia internasiona, Indonesia memilih jalan bebas aktif, non blok, non aligned, kita tidak mau ikut pakta-pakta militer mana pun,” kata Presiden Prabowo, dikutip Tribunjogja.com dari siaran berita Kompas TV, Minggu.
“Kita memilih jalan bersahabat dengan semua negara. Sudah berkali-kali saya canangkan, Indonesia akan menjalankan politik luar negeri sebagai negara yang ingin menjadi tetangga yang baik. We want to be the good neighbor,” imbuhnya.
“Kita ingin menganut filosofi kuno, 1000 kawan terlalu sedikit, 1 lawan terlalu banyak,” tutur Prabowo Subianto.
Lantas apa itu gerakan non blok atau non aligned movement yang dibahas Prabowo Subianto?
Berikut penjelasannya seperti dirangkum Tribunjogja.com dari Gramedia.com.
Gerakan Non Blok atau Non Aligned Movement
Mengutip Gramedia.com, Gerakan Non Blok (GNB) atau Non Aligned Movement (NAM) merupakan sebuah gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga yang mempunyai anggota lebih dari 100 negara.
Negara-negara yang memelopori Gerakan Non Blok adalah mereka yang berupaya menjalankan kebijakan luar negerinya dengan cara tidak memihak siapa pun atau tidak menganggap negaranya sendiri mempunyai aliansi dengan Blok Barat ataupun Blok Timur.
Gerakan Non Blok atau Non Aligned Movement didirikan pada tanggal 1 September 1961.
Beberapa tokoh yang memelopori GNB di antaranya adalah :
- Soekarno dari Indonesia
- Jawaharlal Nehru dari India
- Gamal Abdul Nasser dari Mesir
- Kwame Nkrumah dari Ghana
- Joseph Broz Tito dari Yugoslavia
Sebagai informasi, negara Blok Barat memiliki jumlah yang lebih banyak, yakni delapan negara, yang terdiri dari Inggris, Amerika Serikat, Belgia, Perancis, Kanada, Belanda, Luxemburg, dan Norwegia.
Adapun Blok Timur hanya terdiri dari empat negara saja, yakni Jerman Timur, Cekoslovakia, Rumania, dan juga Uni Soviet.
Untuk bisa mempertahankan kedudukan tiap blok, Blok Barat akhirnya membentuk North Atlantic Treaty Organization atau NATO.
Sementara itu, Blok Timur membentuk Pakta Warsawa.
Kedua blok tersebut terus mencari sekutu untuk menambah pertahanannya di Asia, Afrika, dan Amerika.