Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) DIY, Timotius Apriyanto, menyebut konflik Timur Tengah belum dampak pada pelaku ekspor di DIY. Hal itu karena DIY memiliki produk bernilai tinggi.
Selain itu, ia melihat dinamika pasar masih relatif stabil di tahun 2024 ini.
“Sementara masih belum (terdampak konflik Timur Tengah), purchase buyer order masing-masing perusahaan belum ada laporan. Hanya memang yang tahun depan itu juga belum ada proyeksi untuk permintaan globalnya menurun atau tidak,” katanya, Selasa (08/10/2024).
Menurut dia, disrupsi yang terjadi bisa menjadi peluang.
Peluang tersebut dilakukan dengan mengembangkan industri berbasis kreatif.
Tentu saja harus ada inovasi produk, sehingga bisa meningkatkan nilai produk.
Saat ini yang diperlukan adalah transformasi dari eksportir menjadi internasional marketer.
Sehingga tidak hanya berfokus pada penjualan produk, tetapi juga pemasaran berbasis nilai dan teknologi.
Baca juga: Permintaan Ekspor Kerajinan Kertas Asal DIY Meningkat
Transformasi dari eksportir menjadi internasional marketer menandai era baru dalam dunia pemasaran.
Konsumen global tidak hanya mencari produk yang berkualitas, tetapi produk yang menawarkan nilai tambah, pengalaman,dan keselarasan dengan nilai mereka.
“Eksportir cenderung fokus pada pengiriman barang dengan kualitas terbaik. Namun untuk menjadi internasional marketer, harus mengubah paradigma. Tidak lagi menjual barang, tetapi menyampaikan nilai. Konsumen saat ini menginginkan lebih dari sekadar produk,” terangnya.
“Inovasi fesyen misalnya, tidak hanya sekadar fesyen, tetapi ada inovasi craft fashion, lalu ethnic fashion. Peluangnya untuk industri basisnya kreatif,” lanjutnya.
Ia menambahkan kunci dalam menghadapi ketidakpastian global adalah efisiensi dan produktivitas.
Berkaitan dengan konflik Timur Tengah, efisiensi diperlukan ketika mempengaruhi biaya logistik.
“Dampak dari konflik Timur Tengah biasanya logistik. Kalau Terusan Suez ditutup, ekspor ke Eropa akan mengalami peningkatan biaya, biasanya 2-4 kali lipat. Ekspor ke Eropa besar, ekspor DIY itu kan ke Amerika, Jepang, dan Jerman,” imbuhnya. (*)