Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Tren bersifat dinamis dan cepat berubah. Lahirnya tren baru tidak berarti harus mengikuti perkembangan tersebut.
Fashion Designer dan Owner Lemari Lila , Lila Imelda Sari mengatakan mengenali DNA brand dan inovasi menjadi kunci agar bisa bertahan di tengah dinamisnya tren fesyen saat ini. Menurut dia, inovasi tidak melulu dengan hal besar.
“Sebatas kebaya satu miring aja, pasti ada yang baru. Tren akan cepat berubah, sehingga harus terus berinovasi,” katanya dalam Ngobrol Santai Fashion & Beauty Road to Jogja Fashion Week 2024 di DH Kitchen & Coffee, Kamis (15/08/2024).
Mengenali konsumen juga penting, sehingga produk baru yang akan diluncurkan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Menjalin kedekatan dengan konsumen menjadi salah satu cara untuk mengetahui kebutuhan konsumen.
“Lakukan pendekatan ke costumer, pelayanan gimana, puas nggak sama produknya, kemudian bagaimana mempromosikan produk. Bukan harus ikut-ikutan tren semua, tetapi memastikan itu (produk) tepat sama customer. Hubungan dengan costumer harus diperhatikan, sesekali adakan diskon,” sambungnya.
Lila menyebut belajar dari kompetitor menjadi hal yang penting untuk mengembangkan usaha. Bukan meniru, namun membandingkan produk sendiri yang hampir mirip dengan kompetitor, lalu melakukan riset sendiri.
Sementara itu, Make Over Representative, Renny Arfia menerangkan inovasi juga menjadi hal penting di Make Over. Pengembangan produk baru harus terus dilakukan, paling lambat tiga bulan harus ada produk baru.
“Riset kan butuh waktu panjan, nggak hanya soal kualitas, tetapi juga packaging. Tren itu kan sangat cepat, Make Over, paling lama tiga bulan harus ada produk baru. Kalau sebelum tiga bulan udah ada yang baru, ya itu bagus,” terangnya.
Pihaknya juga melakukan riset pasar dengan berbagai metode, termasuk wawancara langsung dengan konsumen. Riset pasar tersebut bertujuan untuk mengenali konsumen.
“Yang penting dekat dengan konsumen. Siapa yang beli produk produk kita. Misalnya mau bikin lisptik metalik, konsumennya siapa, ternyata tidak ada pasarnya. Sehingga penting juga mengenali DNA brand,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Diajeng Yogyakarta, Maura Izzati menambahkan menjadi cantik tidak harus mengikuti tren fesyen maupun make up terkini. Ia mengakui generasi muda saat ini sering terbawa arus tren standar kecantikan yang dibuat sosial media.
“Sangat disayangkan, karena kita semua itu cantik. Ada pepatah Jawa mengatakan ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana. Artinya kecantikan itu ditentukan dari dari perilaku dan busana, bagaimana kita bisa menempatkan diri dimana kita berada,” imbuhnya.
“Sehingga kecantikan itu tidak hanya dari fesyen dan make up, jika ditambah inner beauty, itu menjadi cantik sempurna. Cantik itu tidak hanya di luar saja, tetapi juga dari dalam diri,” pungkasnya. ( Tribunjogja.com )