TRIBUNJOGJA.COM, WONOSOBO – Ratusan orang mengikuti prosesi tapa bisu dalam acara Birat Sengkala di Pendapa Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Selasa (23/4/2024) malam.
Prosesi Birat Sengkala ini merupakan rangkaian sebelum acara puncak peringatan Hari Jadi ke-199 Kabupaten Wonosobo.
Ratusan peserta dengan mengenakan pakaian adat Jawa tersebut berjalan membawa oncor (obor) sebagai penerang mulai dari Klenteng Hok Ho Bio di Hongoderpo menuju Pendapa Bupati Wonosobo. Sepanjang rute perjalanan prosesi tapa bisu seluruh listrik dipadamkan, sehingga area acara dalam kondisi gelap.
Tampak ribuan masyarakat Wonosobo berjejer di sepanjang jalan menyaksikan prosesi tahunan menjelang acara puncak hari jadi Kabupaten Wonosobo.
Baca juga: Dimulainya Pengambilan Air Suci dari 7 Mata Air Jadi Penanda Puncak Hari Jadi Wonosobo Sudah Dekat
Dalam prosesi tapa bisu yang dipimpin Kepala Desa Plobangan membawa 4 pusaka, yakni Air Suci Tirto Perwitosari, Bantolo, Songsong Agung, dan Tombak Katentreman. Air suci Tirta Perwitasari diambil dari 7 sumber mata air dari 4 penjuru mata angin di Wonosobo. Yakni, Tuk Bimolukar, Gua Sumur, Tuk Mudal, Tuk Suradilaga, Tuk Tempurung, Tuk Kaliasem dan Tuk Sampang.
Air suci tersebut kemudian dicampur, sesampainya di Pendapa Kabupaten Wonosobo, lalu didoakan bersama lintas agama dan keyakinan (Hastungkara). Enam pemuka agama dari Khong Hu Chu, Hindu, Budha, Katolik, Kristen, dan Islam memanjatkan doa secara bergantian, memohon keselamatan, kemajuan, dan kesejahteraan bagi Kabupaten Wonosobo.
Selanjutnya air pencampuran itu digunakan untuk menjamas empat pusaka, Birat Sengkala. Pencampuran air dilakukan Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar.
“Hastungkara ini merupakan bukti wujud toleransi antarmasyarakat Wonosobo. Hastungkara menjadi simbol toleransi dan persatuan antarumat beragama di Wonosobo," kata Albar.
“Melalui prosesi tersebut diharapkan, masyarakat Wonosobo bisa terus menjaga kesatuan dan persatuan untuk kehidupan yang lebih baik. "Jadikan momen Hari Jadi ke-199 Kabupaten Wonosobo ini sebagai sarana introspeksi diri dan memupuk persatuan antarmasyarakat. Haraan kita semoga Kota Wonosobo bisa lebih baik lagi kedepannya," lanjutnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo Agus Wibowo menyatakan, tapa bisu merupakan upaya laku dan doa dari masyarakat dengan harapan Wonosobo aman, tentram dan sejahtera, termasuk untuk pengambilan air itu doa bersama agar Wonosobo terbebas dari bencana-bencana.
“Tapa bisu kali ini diikuti 600 orang dari Desa Plobangan Kecamatan Selomerto, yang dulunya pusat pemerintahan Wonosobo ada di sana," ucapnya.
Lebih jauh dijelaskan Agus, bahwa ritual tapa bisu membawa air suci dari tuk sampang dan tanah makam Ki Ageng Wanasaba.
Sementara Kabid Kebudayaan Disparbud Kabupaten Wonosobo, Ratna menambahkan, secara filosofis, Birat Sengkala berarti membalikkan sengkala atau menyingkirkan segala bentuk ketidakbahagiaan, misalnya huru-hara, bencana, rintangan, dan rintangan. (ayu/ord)