TRIBUNJOGJA.COM - Yogyakarta, kota yang kental dengan budaya dan tradisi, menawarkan pesona yang tak tertandingi terutama saat perayaan 1 Suro, yang menandai Tahun Baru Islam.
Selain Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng di Keraton Yogyakarta ada pula beberapa ritual lain yang dilakukan oleh masyarakat jawa, termasuk masyarakat pesisir di pantai selatan.
Mengawali tahun baru, masyarakat Jawa banyak mengisi momen tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang sakral berbalut nuansa adat yang kental.
Doa serta pengharapan dipanjatkan agar dalam mengrungi hidup di tahun yang baru, senantiasa diberikan kekuatan, kesehatan, rezeki yang mencukupi dan keberkahan.
Begitu pula yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah pesisir dengan menggelar Labuhan Pantai Gua Cemara.
Dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram Kalender Islam di mana tahun ini akan jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024.
Rangkaian Acara
Ritual adat akan dimulai pukul 09.00 WIB, prosesinya dimulai dari rumah Kepala Dusun Patihan menuju Pendapa Pantai Goa Cemara.
Warga dan peserta kirab budaya mengarak gunungan hasil bumi, uba rampe, dan kambing ‘kendhit’ dengan berjalan kurang lebih 2,5km menuju Pendapa Pantai Gua Cemara.
Gunungan yang berisikan aneka hasil bumi seperti sayuran, aneka buah, dan umbi-umbian menjadi simbolisasi rasa syukur atas berkah yang telah diperoleh di tahun sebelumnya.
Ada satu ubarampe yang mencuri perhatian, karena lain daripada yang lain. Sebuah miniatur kambing hitam dengan cincin di perutnya menjadi kekhasan dalam tradisi ini.
Kambing Kendhit, demikian masyarakat menyebutnya. Kambing berwarna hitam polos yang memiliki corak putih melingkar di bagian perutnya atau seperti kendhit dalam busana jawa ini, dipercaya oleh masyarakat sebagai simbolisasi penyongsong rezeki.
Sebuah manifestasi dari harapan masyarakat agar diberikan rezeki yang melimpah di tahun yang baru.
Ngalap Berkah
Dalam agenda budaya ini warga dan wisatawan berkumpul dan memanjatkan doa bersama-sama.
Selesai berdoa warga yang hadir akan disuguhi nasi gurih oleh panitia. Selanjutnya uba rampe diarak menuju ke pantai. Sesampai di pantai, doa bersama digelar kembali.
Gunungan yang berisi hasil bumi tadi kemudian dirayah atau diperebutkan oleh masyarakat dan wisatawan yang menyaksikan.
Sementara, miniatur kambing kendhit dilabuh ke laut bersama sebagian ubarampe yang lain.
Upacara adat tradisi Labuhan Pantai Gua Cemara ini merupakan ungkapan syukur atas rejeki yang telah diterima warga setempat.
Suasana semakin semarak dengan rangkaian kegiatan yang lain seperti, pentas kesenian rakyat, jathilan, campursari, senam, dan lain sebagainya.
Pada hari sebelumnya telah dilaksanakan pula gugur gunung atau gotong royong bersih lingkungan dan doa bersama di malam pergantian tahun baru hijriah.(*)