TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menjaga dan merawat apa yang diwariskan orang tua kepada anak menjadi semangat mereka untuk mengelola bangunan warisan budaya dan cagar budaya.
Itulah yang terungkap dalam wawancara Tim Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dan Tim Juri Apresiasi Kelestarian dan Keterawatan Warisan Budaya Cagar Budaya Kota Yogyakarta Tahun 2023 dengan pata pengelola bangunan di Kotagede, Yogyakarta, Rabu (27/9/2023).
Bahkan, gempa yang mengoyak 2006 dan sempat merusak bangunan, tidak menggoyahkan mereka untuk memperbaiki dengan tetap adaptasi bangunan aslinya.
Seperti rumah tumah tradisional yang ada di Jalan Kemasan Nomor 66, dibangun tahun 1920 oleh KH. Masyhudi, salah seorang tokoh pendiri dan penggerak Muhammadiyah di Kotagede.
Menurut salah satu cucunya, Wahyuni Nurhidayati, bangunan rumah sebagian besar masih asli, hanya beberapa kali ada renovasi, terutama setelah terkena gempa pada tahun 2006, yang membuat sudut-sudut bangunan retak.
Dilakukan renovasi dengan penambahan kolom-kolom besi di setiap sudut bangunan rumah. Namun ke depan tetap akan diupayakan untuk dikembalikan menggunakan kayu.
Sementara di satu bangunan yang diberi nama Ndalem Ropingen, sang cucu Mbah Ropii, Totok Harji menejaskan bahwa bangunan rumah itu dibeli pada 1900-an.
Bahkan di tahun 1924, menjadi tempat digelarnya musyawarah besar. Dan setiap Senin, Jumat, digunakan untuk mengaji.
Selain itu, dalam perkembangannya, rumah yang memiliki pendopo ini juga digunakan untuk pameran lukisan, gelar budaya dan lainnya. Namun semua itu sudah terhenti.
Bangunan sempat dikoyak gempa, dan telah diperbaiki dengan tetap mempertahankan keasliannya. Bahkan 100 persen tidak ada yang berubah, hanya ada dua tiang karena keropos kemudian diganti pakai kayu jati.
Bangunan rumah Jawa yang berdiri di atas lahan lebih dari 1.000 meter persegi ini terdiri dari pendopo, lalu ada emper kulon dan wetan, bahkan emper depan, senthong, gandok dan dapur.
“Keluarga tetap memiliki semangat membersihkan dan merawat. Ini menjaga warisan, titipan orang tua, harus kita pertahankan,” kata Totok penuh semangat.
Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta memiliki komitmen kuat untuk melestarikan bangunan warisan budaya dan cagar budaya.
Satu buktinya adalah, dalam rangka kegiatan pengembangan cagar budaya dan warisan budaya, Dinas yang dipimpin Yetti Martanti ini menyelenggarakan Apresiasi Kelestarian dan Keterawatan Warisan Budaya Cagar Budaya Kota Yogyakarta Tahun 2023.
Gelaran Apresiasi Kelestarian dan Keterawatan Warisan Budaya Cagar Budaya Kota Yogyakarta ini merupakan event tahunan sebagai penghargaan kepada pengelola objek dalam merawat dan melestarikan baik perorangan maupun lembaga.
Kegiatan tersebut sekaligus merupakan bagian dari sosialiasi agar masyarakat berperan aktif dalam melestarikan dan merawat bangunan warisan budaya dan cagar budaya di Kota Yogyakarta. (*)