TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Memiliki peranan penting dalam rantai sirkular ekonomi persampahan dan berkontribusi dalam mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Piyungan, pemulung di Yogyakarta perlu diberdayakan.
Sekadar informasi, sejak 2020 Danone AQUA telah mendampingi dua TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) di Panggungharjo dan Minomartani juga satu Collection Center melalui program Inclusive Recycling Indonesia (IRI).
Program ini bertujuan untuk menciptakan siklus hidup kedua dari sampah botol plastik.
Danone AQUA menggandeng YPCII (Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia) sebagai mitra pelaksana dalam program IRI.
Baca juga: Maliq & D’Essentials Semarakkan Merona Fest di Stadion Kridosono Yogyakarta
Botol plastik dikumpulkan dari tiga sumber yaitu pusat penyortiran kota (TPS3R), pusat pengumpulan (pengepul) dan intersepsi sungai.
Harapannya, selain mengurangi beban TPA, pengumpulan botol PET juga akan meningkat untuk bisa diolah kembali menjadi campuran pembuatan botol baru.
Rantai proses tersebut kemudian juga diharapkan bisa memberikan manfaat kepada semua elemennya dan terwujud sirkular ekonomi.
"Melalui Collection Center yang ada, selain pelatihan tentang pengetahuan pemilahan sampah dan keselamatan kerja, kami memberikan edukasi terhadap 300 pemulung. Mereka mendapatkan financial literacy atau pengetahuan pengelolaan keuangan. Pemulung didorong untuk menabung, akses kepada lembaga keuangan dibuka supaya mereka bisa merencanakan keuangan dengan lebih baik," kata dr. Lydia sebagai project manager dari YPCII.
"Kami percaya bahwa pemulung memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah di Indonesia. Dengan bantuan dari Danone Indonesia melalui IRI, kami sebagai pelaksana di lapangan juga berharap pemulung dapat meningkatkan kesejahteraannya dan dapat berkontribusi lebih banyak untuk pengelolaan sampah khususnya di Yogyakarta," kata dr. Lydia menambahkan.
Lebih lanjut Lydia mengatakan, sektor informal seperti yang dilakoni pemulung adalah bagian dari rantai sirkular ekonomi yang mampu menghidupi sekaligus secara paralel mengurangi beban lingkungan di perkotaan.
Pemahaman bersama akan persampahan dan penghargaan pada sektor informal perlu menjadi perhatian semua pihak.
Misalnya di Tepi Kali Code, tepatnya di lapak rosok Sapari nampak wanita paruh baya yang mengangkati karung berisi botol PET, membersihkan serta menyortir botol untuk diangkut ke mobil pick up.
Lapak pengepul ini berukuran tidak terlalu besar, terselip di antara deretan rumah perkampungan yang menghadap sungai.
Sampah yang dikumpulkan pemulung dan terkumpul di lapak pengepul tersebut kemudian di setorkan ke Collection Center yang lebih besar di Bantul dan dikirim ke industri daur ulang.
Wahyuni (45) adalah salah satu pekerja wanita di lapak rosok ini kemudian bercerita tentang aktifitasnya. Dia telah bekerja menjadi pemulung selama 12 tahun.