Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Gunung Merapi tidak mengeluarkan guguran lava pijar, Senin (19/6/2023).
Namun, dalam pengamatan selama enam jam, mulai 00:00-06:00 WIB, oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), terjadi 20 kali gempa guguran di Gunung Merapi.
Amplitudo 3-14 mm berdurasi 26.8-114.1 detik.
Kepala BPPTKG Yogyakarta , Agus Budi Santoso mengatakan, secara meteorologi, cuaca cerah.
Angin bertiup lemah ke arah barat. Suhu udara 14-19 °C, kelembaban udara 67-93 persen, dan tekanan udara 837-919 mmHg.
“Secara visual, gunung jelas. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50-75 m di atas puncak kawah,” terangnya.
Gempa Hybrid/fase banyak terjadi sebanyak satu kali dengan amplitudo 3 mm, S-P 0.4 detik berdurasi 6.8 detik.
Vulkanik dangkal terjadi sebanyak satu kali dengan amplitudo 25 mm berdurasi 8.4 detik.
“Tingkat aktivitas Gunung Merapi saat ini berada di level III atau siaga,” jelasnya.
Potensi bahaya saat ini, kata dia, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya.
Sektor itu meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara, sektor meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Masyarakat juga diimbau agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung.
“Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” tukasnya. (*)