TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Sebanyak 45 hektare lahan pertanian cabai di wilayah Dusun Babadan 1, Desa Paten, Kecaman Dukun, Kabupaten Magelang yang terdampak Abu Vulkanik Gunung Merapi dilakukan penyemprotan secara massal.
Dari pantauan di lokasi, tanaman cabai mulai dari daun, batang, hingga buahnya tampak berwarna putih. Disebabkan, abu vulkanik yang cukup tebal masih menyelimuti bagian tanaman tersebut.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan mengatakan, penyemprotan massal dilakukan untuk mengurangi risiko gagal panen.
Baca juga: Viral Calon Jemaah Umrah dari Rembang Terlantar di YIA, Begini Penjelasan Pihak Bandara
"Karena, sejak erupsi kemarin khususnya Desa Paten atas ini belum tersentuh hujan. Sehingga, kita bersama-sama 200 lebih peserta untuk melakukan gerakan secara gotong royong dan swadaya untuk melakukan untuk penanganan debu yang menempel di tanaman-tanaman terutama cabai yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Magelang," ujarnya di sela kegiatan, pada Jumat (18/3/2023).
Ia melanjutkan, alasan lain dilakukan penyemprotan karena ketersediaan air untuk lahan pertanian langka. Disebabkan, hujan air yang tak kunjung turun
"Ketersediaan air langka, ini kami kerjasama dengan BPBD, Alhamdulillah disuplai ada 3 tangki air, masing-masing tangki ada 5.000 liter," ungkapnya.
Ketua kelompok tani Ngudi Rejeki 1, Dusun Babadan 1, Sudarsih mengatakan, sangat terbantu dengan adanya penyemprotan massal yang dilakukan oleh dinas terkait.
"Karena, mulai hujan abu mulai Sabtu (11/3/2023) sampai siang ini belum pernah hujan air. Tentu ini berdampak buruk untuk sektor pertanian, sangat menyulitkan kami," ujarnya.
Ia menambahkan, jika abu yang menempel di tanaman tidak segera dibersihkan maka akan menganggu produktivitas. Bahkan, efeknya sudah kelihatan yakni bunga muda berlayuan dan buah cabai menjadi kisut.
"Penurunan produksi jelas, ini kan sudah kelihatan bunga cabainya tidak mekar ke atas tapi ke bawah , jadi layu. Kalau tidak segera dibersihkan pakai air tentu bunganya tidak akan berkembang," urainya. (ndg)