TRIBUNJOGJA.COM, NEW YORK – Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, menyerukan NATO meninggalkan mentalitas perang dingin, dan berhenti menjadi pembuat onar.
Zhang Jun menuntut segera dilakukan penyelesaian damai perang Ukraina. Menurut pendapatnya, konflik Ukraina buah dari ekspansi blok militer it uke Eropa timur.
Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan PBB Sabtu (18/2/2023) WIB, Zhang Jun mencatat krisis Ukraina menunjukkan perilaku kontradiktif uni Eropa dan NATO.
NATO mempromosikan diri sebagai aliansi pertahanan, sementara pada saat yang sama terus berusaha melanggar batas geografisnya dan memperluas agendanya.
Blok militer itu memicu perpecahan dan ketegangan, menciptakan ketakutan dan konfrontasi dengan negara yang dianggap musuhnya.
“Mengejar keamanan mutlak dan pengucilan politik dan penahanan dengan kekerasan terhadap pihak tertentu adalah inti dari alasan mengapa Eropa berada dalam situasi keamanan yang buruk,” katanya.
Baca juga: NATO Bantu Ukraina atau NATO Perangi Rusia? Pakar Ini Beber Faktanya
Baca juga: Rusia Ingatkan NATO dan Negara Barat, Siap Perang Nuklir Jika Hal Ini Terjadi
Baca juga: Sekretaris Dewan Keamanan Rusia : Perang Melawan Ukraina Adalah Perang Rusia vs NATO dan AS
Eropa, dan bahkan seluruh dunia, menurut Zhang Jun akan terperangkap dalam kekacauan yang lebih besar kecuali NATO mengubah pola pikirnya.
Zhang mengulangi seruan China untuk gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, dan mendesak mereka memulai negosiasi perdamaian secepat mungkin.
Dia juga menyarankan agar AS, UE, dan NATO duduk bersama Moskow untuk dialog yang komprehensif dan mendalam berdasarkan prinsip keamanan yang tidak dapat dipisahkan.
"Mereka harus mendiskusikan bagaimana membangun arsitektur keamanan yang seimbang, efektif, dan berkelanjutan serta mewujudkan keamanan bersama," katanya.
Ia menambahkan sangat penting untuk menghentikan setiap upaya untuk meredam konflik guna menghindari eskalasi dan perluasan lebih lanjut.
Sementara itu, Beijing telah melihat hubungannya sendiri dengan AS memburuk ke posisi terendah baru atas jatuhnya balon China yang diduga baru-baru ini awal bulan ini.
AS telah mengumumkan akan menutup komunikasi militer dengan China setelah insiden itu dan menjatuhkan sanksi pada perusahaan dan institusi China yang terlibat.
Beijing, pada gilirannya, membantah tuduhan itu, dengan alasan balon itu adalah pesawat sipil.
Meski demikian, pihaknya berjanji akan melakukan pembalasan atas insiden tersebut dan telah mengurangi hubungan militer dan diplomatiknya dengan AS.