TRIBUNJOGJA.COM - Cak Nun atau tokoh yang bernama lengkap Emha Ainun Nadjib merupakan seorang seniman, penyair dan budayawan yang dimana pemikirannya banyak dituangkan melalui buku-buku yang ditulisnya.
Cak Nun menjadi seorang penulis buku yang banyak berisi kritikan sosial juga persoalan kehidupan yang sering terjadi.
Tak hanya itu, Cak Nun juga seorang pendakwah yang menyebarkan nilai-niai islam dari pelosok negeri hingga luar negeri.
Tak jarang dakwahnya itu dituangkan pula ke dalam puisi-puisinya.
Baca juga: CONTOH Puisi Tema Tentang Ungkapan Cinta untuk Adik, Penuh Makna dan Tanda Kasih Sayang
Salah satu puisi dakwahnya yang melegenda adalah puisi berjudul "Doa Sehelai Daun Kering" yang memiliki makna yang mendalam.
Puisi ini berisikan sebuah perasaan kesedihan karena ketidakberdayaan seorang penulis yang juga merangkap menjadi tokoh agama.
Dalam puisi "Doa Sehelai Daun Kering" ini, Cak Nun ingin menyadarkan masyarakatnya agar lebih taat lagi dalam beragama.
Cak Nun menganggap bahwa dirinya tidak berdaya seperti halnya setitik debu.
Baca juga: CONTOH Puisi Tema Tentang Patah Hati Kehilangan Sosok Kekasih yang Bisa Mewakili Perasaanmu
Anggapannya adalah tentang bagaimana dirinya yang tidak dianggap sedangkan banyak manusia yang bahkan mengabaikan Sang Penciptanya.
Berikut ini puisi "Doa Sehelai Daun Kering" Karya Emha Ainun Nadjib yang ditulis di Jakarta, 11 Februari 1999
DOA SEHELAI DAUN KERING
Janganku suaraku, ya Aziz
Sedangkan firman-Mu pun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayat-Mu pun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayang-Mu pun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaran-Mu pun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaan-Mu pun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitab-Mu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahim-Mu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasih-Mu Muhammad dilempar batu
Sedangkan Ibrahim-Mu dibakar
Sedangkan Yunus-Mu dicampakkan ke laut
Sedangkan Nuh-Mu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu ma¨ªshum dan aku bergelimang hawa¨ª
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepada-Mu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepada-Mu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaan-Mu
(MG Aulia A Putri)