Berita Wonosobo

Kepala Dinas PPKBPPPA Beberkan Faktor Angka Stunting di Wonosobo Tinggi

Penulis: Ardhike Indah
Editor: Agus Wahyu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala DPPKBPPPA Wonosobo Dyah Retno Sulistyowati.

TRIBUNJOGJA.COM, WONOSOBO - Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Wonosobo membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan angka stunting di Kabupaten Wonosobo tinggi.

Diketahui, per 2018, berdasarkan data Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI), Wonosobo menjadi kabupaten dengan angka stunting mencapai 28 persen.

“Namun, sekarang, berdasarkan di penimbangan serentak pada Februari 2022, data manual menunjukan angka stunting Wonosobo sudah 12,6 persen. Ini sudah di bawah target nasional. Target nasional stunting tahun 2024 kan di angka 14 persen, sesuai instruksi Pak Jokowi,” ujar Kepala DPPKBPPPA Kabupaten Wonosobo, Dyah Retno Sulistyowati SSTP kepada Tribunjogja.com, baru-baru ini.

Dia pun merasa bersyukur masalah di Wonosobo mulai terurai satu per satu. “Ini kami kerja sama dengan berbagai OPD, tidak hanya kami saja, karena ini membutuhkan banyak bantuan,” tuturnya lagi.

Dyah menjelaskan, angka stunting di Wonosobo bisa tinggi lantaran ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Satu diantaranya adalah pola asuh dari keluarga.

Ia mengatakan, masih banyak orang tua yang belum memahami tentang gizi untuk anak, baik mereka yang memiliki bayi dua tahun (baduta) maupun bayi lima tahun (balita).

“Orang sini, mohon maaf, kalau di desa, makannya tidak nasi putih, tapi nasi jagung. Kalau di sini, nasi jagung enaknya sama kluban, rese dan sambal. Sisi gizinya, untuk anak, kurang donk. Untuk anak harusnya ada lemak, karbo dan protein,” tegas istri Bupati Wonosobo ini.

Dilanjutkannya, permasalahan higienitas juga menjadi faktor mengapa bayi lahir stunting. Dyah mengurai, sebagian besar rumah masih memiliki kolam dan memelihara ikan lantaran merasa air melimpah.

“Kebiasaan nenek moyang dulu, jambannya itu diatas kolam atau kalau tidak, jamban di rumah, terus dialirkan ke kolam. Jamban itu tidak memiliki septic tank,” terang dia.

Sanitasi yang buruk dapat menimbulkan penyakit infeksi pada balita seperti diare dan cacingan yang dapat mengganggu proses pencernaan dalam proses penyerapan nutrisi.

Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan masalah stunting. (ard)

Berita Terkini