TRIBUNJOGJA.COM - Rusia meluncurkan puluhan rudalnya ke wilayah Ukraina buntut dari peledakan jembatan di Krimea.
Rudal-rudal Rusia tersebut menghujam wilayah Ukraina pada Senin (10/101/2022) kemarin.
Total 14 orang tewas dalam serangan rudal oleh Rusia ini.
Dari total 83 rudal yang diluncurkan oleh Rusia, militer Ukraina mengklaim berhasil menghancurkan 43 rudal.
Sementara sisanya berhasil menembus pertahanan Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui serangan rudal ke Ukraina tersebut merupakan balasan dari negaranya atas peledakan Jembatan Krimea.
Putin bahkan menuding Ukraina merupakan teroris.
"Dengan tindakannya, rezim Kyiv sebenarnya telah menempatkan dirinya pada tingkat yang sama dengan kelompok teroris internasional dan dengan yang paling menjijikkan dari mereka," ujar Putin, dikutip Tribunnews.com yang melansir pemberitaan Al Jazeera.
"Tidak mungkin lagi membiarkan kejahatan semacam ini tidak terjawab."
"Jika upaya untuk melakukan serangan teroris terus berlanjut, tanggapan Rusia akan keras dan akan sesuai dengan ancaman yang dihadapinya. Seharusnya tidak ada yang ragu," lanjutnya.
Serangan rudal terhadap Ukraina oleh Rusia ini disebut baru permulaan saja.
Rusia masih akan melakukan serangan lebih besar terhadap Ukraina.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Keamanan Putin, Dmitry Medvedev.
Menurutnya, serangan balasan atas peledakan jembatan Krimea yang dilancarkan oleh Rusia baru permulaan saja.
"Episode pertama telah diputar. Akan ada orang lain. Dan selanjutnya," ujar Medvedev di Telegram.
"Negara Ukraina dalam konfigurasinya saat ini dengan rezim politik Nazi akan menimbulkan ancaman yang konstan, langsung, dan jelas bagi Rusia."
"Oleh karena itu, selain melindungi rakyat kita dan melindungi perbatasan negara, tujuan tindakan kita di masa depan, menurut pendapat saya, adalah penghancuran total rezim politik Ukraina," ungkapnya lagi.
Dapat Kecaman
Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan, ia merasa terkejut atas serangan Rusia ke Ukraina.
Antonio Guterres menggambarkan serangan itu sebagai "eskalasi perang yang tidak dapat diterima", di mana warga sipil harus membayar harga tertinggi.
Uni Eropa mengatakan kejahatan perang telah dilakukan, sementara presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan Rusia mendukung teror dan kebrutalan.
Sementara itu, Amerika Serikat mengutuk keras serangan "brutal" Rusia ke Ukraina, karena telah menghantam sasaran non-militer.
Atas serangan tersebut, pihak Amerika Serikat menjanjikan kepada Ukraina bantuan militer berkelanjutan.
Dikutip dari BBC, Majelis Umum PBB mengadakan pertemuan darurat menyusul serangan terbaru Rusia.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Akui Kedaulatan Kherson dan Zaporozhye
Putin Tuduh Ukraina jadi Dalang Ledakan Jembatan Krimea
Presiden Rusia, Vladimir Putin menuduh Ukraina sebagai dalang di balik meledaknya Jembatan Krimea.
Putin mengatakan, pasukan intelijen Ukraina memiliki tujuan untuk menghancurkan bagian penting dari infrastruktur sipil Rusia.
"Tidak diragukan lagi, ini adalah tindakan terorisme yang bertujuan menghancurkan infrastruktur sipil penting Rusia," kata Putin, dikutip dari BBC.
"Penulis, pelaku, dan penerima manfaat adalah dinas keamanan Ukraina," lanjutnya.
Kepala Komite Investigasi Rusia, Alexander Bastrykin mengatakan, warga Rusia dan beberapa negara asing telah membantu persiapan serangan itu.
Menurut Bastrykin, penyelidik telah menetapkan bahwa truk yang diledakkan itu melintasi Bulgaria, Georgia, Armenia, Ossetia Utara, dan Wilayah Krasnodar.
Dia telah memerintahkan penyelidikan atas insiden yang meruntuhkan bagian jalan tersebut.
Pejabat Ukraina belum mengindikasikan bahwa pasukan mereka berada di balik serangan itu.
Namun, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak, membantah tuduhan Putin.
Dia menulis bahwa "hanya ada satu negara teroris di sini" dan bahwa "seluruh dunia tahu siapa itu".
"Apakah Putin menuduh Ukraina melakukan terorisme? Kelihatannya terlalu sinis bahkan untuk Rusia," katanya.
Pada hari Sabtu, Presiden Volodymyr Zelensky mengakui insiden itu dalam pidato malamnya.
"Hari ini bukan hari yang buruk dan sebagian besar cerah di wilayah negara kita."
"Sayangnya di Krimea mendung. Meski juga hangat," ungkap Zelensky. (*)