TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wilayah DI Yogyakarta saat ini sudah memasuki musim pancaroba atau transisi antara musim kemarau menuju musim penghujan.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY pun meminta masyarakat mewaspadai merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang biasa mengalami tren peningkatan di musim penghujan.
Kepala Dinkes DIY, Pembajun Setyaningastutie, merinci jumlah kasus DBD yang tercatat dari awal tahun hingga Agustus 2022 lalu mencapai 1.632 kasus.
Dia memprediksi kasus DBD berpotensi mengalami peningkatan dalam waktu dekat.
"(Berpotensi) naik iya, kan ini memang sudah masuk musimnya," kata Pembajun, Minggu (9/10/2022).
Selain itu, dilaporkan pula ada 11 pasien yang dinyatakan meninggal setelah terkena DBD.
Artinya, tingkat kematian penyakit tersebut atau case fatality rate (CFR) berada di angka 0,67 persen.
Meski demikian, hal itu masih sesuai dengan target yang ditetapkan. Di mana Dinkes DIY mematok target untuk menekan CFR di bawah 1 persen.
Lebih lanjut, penemuan kasus DBD paling banyak terdapat di Kabupaten Bantul dengan 762 penemuan kasus dan 3 pasien meninggal.
Kemudian disusul Gunungkidul 391 kasus dengan 3 pasien meninggal, Sleman 234 kasus dengan 1 pasien meninggal, Kota yogyakarta 125 kasus dengan 2 pasien meninggal, dan Kulon Progo 120 kasus dengan 2 pasien meninggal.
Untuk mengantisipasi penularan, Pembajun mengimbau kepada masyarakat untuk menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan melakukan 3M plus atau menimbun, mengubur, dan melakukan daur ulang barang bekas.
"Jelas kalau DBD itu kan sebenarnya lebih ke arah perilaku, sebenarnya penyakit penyakit yang infeksi maupun non infeksi intinya sebenarnya adalah dari perilaku," jelasnya.
Masyarakat juga diminta untuk sensitif terhadap kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggalnya.
Sebab kebersihan lingkungan akan meminimalisir merebaknya penyakit DBD.
Salah satu caranya dengan menggalakkan gerakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yakni semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi maupun kelompok.
"Kan tergantung bagaimana PHBS-nya jalan. DBD kan lebih ke arah bagaimana kita sensitif dengan kebersihan lingkungan. Kalau kita nggak care dengan kebersihan lingkungan ya sudah DBD bisa naik lagi," terangnya. (*)