Ironi, Ternyata Sopir Truk Maut Tak Punya SIM

Editor: Agus Wahyu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TERGULING - Truk bermuatan batu dan 9 penumpang di bak seusai terguling di Jalan Breksi, Prambanan, Jumat (3/9/2021) malam.

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sopir truk kecelakaan maut yang menewaskan 6 orang di Jalan Breksi, Sambirejo, Prambanan, pada Jumat (3/9/2021) malam, sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan pihak kepolisian. Kasus ini dalam penanganan Satlantas Polres Sleman.

Sang sopir berinisial SD, berusia 19 tahun itu diduga lalai karena belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), sehingga belum memiliki kompetensi mengemudikan kendaraan tersebut. "Status sudah kita naikkan jadi tersangka. Kemudian kita lakukan penahanan," kata Kanit Laka Polres Sleman, Iptu Galang Adid Dharmawan, Senin (6/9/2021).

Karena kelalaiannya ini, tersangka dijerat dengan Pasal 310 dan 311 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. "Pelaku terancam hukuman maksimal 12 tahun penjara," tegas dia. Sang sopir saat ini ditahan di Polres Sleman.

Terpisah, Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yuliyanto mengatakan, hingga saat ini penyebab kecelakaan maut di Jalan Breksi tersebut masih dalam pendalaman kepolisian. Namun, dia menceritakan berdasarkan keterangan dari sopir, kecelakaan itu terjadi karena sopir tidak bisa mengendalikan laju kendaraan saat berada di jalan menurun.

Saat itu, roda truk sebenarnya sudah diganjal dengan batu. Akan tetapi ketika kendaraan hendak bergerak maju, maka batu pengganjal pun diambil. "Agar batu bisa diangkat, sang sopir ini (masuk) gigi mundur. Setelah mundur, (kendaraan) dia netral. Begitu netral langsung merosot ke bawah. Berusaha mengerem tapi susah dan mau memasukkan ke gigi satu sudah tidak bisa. Akhirnya bablas," terang dia.

Sebagaimana diketahui, kecelakaan maut terjadi di ruas jalan Breksi, tepatnya depan Gapura Gunungsari, Dusun Gunungsari, Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta pada Jumat (3/9/2021) malam. Truk bermuatan batu terguling. Akibat kejadian itu, enam orang meninggal dunia. Lima di antaranya meninggal di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Satu orang meninggal di rumah sakit.

Sementara, ada lima orang lainnya, termasuk sang sopir mengalami luka-luka. Saat ini, empat orang termasuk sopir sudah keluar dari rumah sakit.

"Yang dirawat di RS Panti Rini sekarang tinggal satu orang, kondisinya kritis," jelas Yuliyanto.

Analisis pakar
Kecelakaan maut yang menewaskan enam orang di Jalan Breksi, Sambirejo, Prambanan pada Jumat (3/9) malam diduga karena engine brakes yang tidak dioptimalkan. Hal tersebut diungkapkan oleh Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, DR Jayan Sentanuhady kepada Tribun Jogja, Senin (6/9/2021).

“Menurut teori, kalau di jalan turun, gigi kendaraan itu tidak boleh netral,” ungkap Jayan.

Dia menjelaskan, gigi kendaraan berat harus tetap masuk di gigi rendah agar mesin bisa difungsikan sebagai engine brakes atau rem mesin. “Rem itu kan ada dua, rem mekanis biasa dan rem mesin. Kalau dilihat dari keterangan sopir, kondisi truk ini netral. Nah, itu membuat engine brakes jadi tidak optimal, tidak berfungsi,” katanya lagi.

Selain karena engine brakes yang tidak berfungsi, kecelakaan terjadi juga karena beban di bak belakang, yang berupa batu dan itu berat. Dengan beban seberat itu, kata Jayan, seharusnya sopir memastikan engine brakes berfungsi dulu, baru batu penahan yang kabarnya digunakan untuk menahan roda dilepas.

Hasilnya, truk akan jalan perlahan-lahan dan tidak secepat biasanya, apalagi sampai terjadi benturan dengan bangunan sekitar. “Batu itu kan berat. Kalau jalan turunan, butuh engine brakes agar tidak hanya mengandalkan rem konvensional saja. Apabila beban sudah berat, engine brakes tidak berfungsi, bisa bablas seperti laka tersebut,” ungkap Jayan panjang.

Jayan menilai, apabila truk tidak membawa batu atau beban berat lainnya, biasanya rem konvensional bisa berfungsi karena beban kendaraan tergolong ringan. Sehingga, salah satu hal yang diperhatikan pengemudi saat jalan turunan adalah seberapa berat muatan di belakang.

Semakin berat beban, lanjutnya, rem konvensional terkadang tidak efektif dan bisa menimbulkan celaka. “Ya, semua pengemudi kendaraan berat sudah tahu pasti teknik begini. Mungkin saja, sopir truk tersebut kurang pengalaman, ya, jadi tidak paham kalau kendaraan seperti itu sebenarnya tidak boleh di posisi netral,” tandasnya. (rif/hda/ard)

Selengkapnya Baca Tribun Jogja edisi Selasa 7 September 2021 halaman 01.

Berita Terkini