Travel
Menikmati Anggunnya Alam Puncak Nglinggo
Desa Wisata Nglinggo tidak hanya menyuguhkan keindahan alamnya saja, namun juga wisata petualangan, edukasi, dan budaya.
Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Agus Wahyu
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Desa Wisata Nglinggo tidak hanya menyuguhkan keindahan alamnya saja, namun juga wisata petualangan, edukasi, dan budaya. Desa wisata ini berada di Dusun Nglinggo, Kalurahan Pagerharjo, Kapanewon Samigaluh, Kulon Progo. Untuk menuju ke lokasi itu, mereka bisa menjangkaunya dengan menggunakan motor maupun mobil.
Ketua Pengelola Desa Wisata Nglinggo, Anton Nugroho mengatakan, untuk keindahan alamnya terdapat objek wisata Bukit Ngisis, kebun teh, dan Grojokan Watu Jonggol yang dikelola oleh warga setempat. Selain itu juga ada Gunung Jarang Nglinggo yang dikelola oleh Pemkab Kulon Progo.
"Tempat-tempat tersebut menghadirkan spot-spot foto yang menarik bagi wisatawan. Apalagi Bukit Ngisis dibuka selama 24 jam dikarenakan banyak tempat untuk menikmati kopi," ucapnya.
Selain itu, juga terdapat wisata petualangan yang bisa digunakan oleh mereka untuk memacu adrenalin. Seperti kamping, off road, dan trail. Sementara untuk wisata edukasi yang dikelola oleh kelompok tani terdiri dari pembuatan teh, gula aren, kopi, dan pemerasan susu kambing etawa.
Desa wisata Nglinggo juga kaya akan kesenian budayanya meliputi tarian lengger tapeng, jatilan dan, angguk. "Kami juga menyediakan homestay dan persewaan mobil jip yang dikelola oleh Rimbono Homestay," ucap Anton.
Dengan adanya homestay dan tempat kamping, maka jam operasional di Desa Wisata Nglinggo cenderung 24 jam. Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pengelola desa wisata menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat berbasis Cleanlines, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE). Sehingga wisatawan tidak perlu khawatir apabila berkunjung ke Desa Wisata Nglinggo.
Pengelola destinasi wisata pada Desember 2020 juga telah menambah spot kuliner di Bukit Ngisis. Untuk masuk ke Bukit Ngisis, wisatawan akan dikenakan biaya voucher sebesar Rp10.000 per orang. Dengan biaya itu, wisatawan nantinya mendapatkan stiker dan minuman teh.
Anton merinci, jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Nglinggo bisa mencapai 200-300 orang ketika akhir pekan. Namun kondisi itu juga tergantung cuaca.
Adapun kendala yang sering dikeluhkan oleh wisatawan yakni akses jalan yang ekstrem dan sempit. Sehingga sulit bila ada mobil yang berpapasan dan motor matik yang tidak kuat menanjak. Kendala lainnya, penerangan jalan yang masih minim sehingga menyulitkan wisatawan apabila ingin berkunjung pada malam hari.
Sekilas Sejarah
Desa Wisata Nglinggo dirintis sekitar 2007. Saat itu, baru melayani paket bermalam di rumah penduduk. Lalu, wisatawan diajak beraktivitas dengan pemilik rumah seperti memetik teh, menderes nira, dan membuat gula aren. Kemudian malam harinya, mereka belajar tari lengger tapeng yang merupakan salah satu ikon budaya khas Kulon Progo.
Seiring berjalannya waktu, pada 2012, telah dibangun jalan untuk menuju kebun teh Nglinggo yang kemudian berdampak terhadap meningkatnya kunjungan wisatawan. Diawali pada perayaan pergantian tahun, banyak wisatawan yang berkunjung ke kebun teh untuk melihat pemandangan.
Seorang wisatawan asal Yogyakarta, Yuda Pratama, mengaku sangat menikmati bisa berlibur di Bukit Ngisis yang berada di Desa Wisata Nglinggo. Tempatnya asyik dan cocok sebagai lokasi menghabiskan waktu.
Keindahan hamparan kebun teh pun bisa membuat mata terpana. "Tadi juga sempat berswafoto. Kapan-kapan kalau ke sini lagi harus lebih pagi agar mendapatkan pemandangan yang lebih bagus," tuturnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Joko Mursito mengatakan, pihaknya sedang menggodok untuk menjadikan akses jalan yang representatif menuju Desa Wisata Nglinggo. Sampai saat ini masih pada tahap master plant.
"Nantinya jalan dari Pasar Plono naik itu ditingkatkan kualitasnya dari sisi lebar jalan. Jika sudah ditambah otomatis bisa menggerakkan wilayah-wilayah di sekitarnya. Pasar Plono sebenarnya juga memiliki potensi untuk dijadikan rest area atau parkiran. Bisa juga dikembangkan untuk pusat suvenir dan oleh-oleh," tutur Joko.