Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gunung Merapi (2.968 mdpl) kembali alami awan panas guguran pagi ini, Senin (8/3/2021).
Hingga berita ini ditulis, awan panas guguran telah terjadi 2 kali, tepatnya pukul 07.12 WIB dan 07.28 WIB.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan, awan panas guguran pukul 07.12 WIB tersebut tercatat di seismogram dengan amplitudo 55 mm dan durasi 106 detik, sementara jarak luncur ±1.000 m ke arah barat daya.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG Senin 8 Maret 2021: Daftar Wilayah Potensi Cuaca Ekstrem Hujan Lebat dan Angin
Sementara, awan panas guguran pukul 07.28 WIB tercatat di seismogram dengan amplitudo 35 mm, durasi 160 detik, dan estimasi jarak luncur ±1.500 m.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, mengatakan pada periode pengamatan Gunung Merapi pagi ini, Senin (8/3/2021) pukul 00.00-06.00 WIB, teramati 1 kali awan panas guguran dengan jarak luncur 1.300 m ke arah barat daya.
Selain itu, teramati pula 12 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 800 m ke arah barat daya. Gunung jelas hingga kabut 0-I. Asap kawah tidak teramati.
"Cuaca di Gunung Merapi cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah timur. Suhu udara 14-19 °C, kelembaban udara 73-76 persen, dan tekanan udara 836-918 mmHg," tutur Hanik.
Aktivitas kegempaan yang terjadi di antaranya 1 awan panas guguran dengan amplitudo 51 mm dan durasi 115 detik, 32 gempa guguran dengan amplitudo 3-23 mm dan durasi 13-99 detik, serta 1 gempa hembusan dengan amplitudo 8 mm dan durasi 15 detik.
Baca juga: Perbanyak Ibadah Sunnah Jelang Bulan Ramadhan, Berikut Jadwal dan Waktu Sholat Dhuha
Hanik menyampaikan, Gunung Merapi sampai saat ini masih berstatus siaga (level III).
Potensi bahaya saat ini, kata Hanik, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Hanik menyampaikan, daerah di luar potensi daerah bahaya saat ini kondusif untuk beraktivitas sehari-hari.
"Diharapkan dapat berlangsung seterusnya. Namun, jika terjadi perkembangan erupsi yang mengarah ke daerah tersebut setidaknya masyarakat sudah memanfaatkan waktu yang ada dengan baik. Hal ini sesuai dengan konsep living harmony dengan Merapi," tandasnya. (uti)