Ki Gadhing Pawukir, Putra Ki Seno Nugroho Tetap Berusaha Tampil Walau Mendadak Tidak Fit

Penulis: Setya Krisna Sumargo
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Agnes Widyasmoro, ibu Gadhing Pawukir berusaha menyemangati putranya yang tidak fit saat pentas Rabu (10/2/2021) malam di Pendopo Tunggul Pawenang, Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul.

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Putra almarhum Ki Seno Nugroho, Ki Gadhing Pawukir Seno Saputra tetap tampil gesit walau tubuhnya tiba-tiba tidak fit.

Sesaat sebelum pentas dalam peringatan 100 hari meninggalnya Ki Seno Nugroho, Rabu (10/2/2021) malam, mendadak Gadhing pusing berat.

Peristiwa ini disaksikan Tribunjogja.com dari jarak dekat di sisi utara pendopo Tunggul Pawenang, tempat pentas akan dilangsungkan.

Keringat dingin terlihat bercucuran, dan Gadhing sempat muntah di belakang panggung.

Ibunya, Agnes Widyasmoro, turun tangan, berusaha memulihkan situasi.

Sesuai rencana, Gadhing Pawukir akan tampil bersama Ki Gadhang Prasetyo sebagai pentas pembuka wayang climen Ki Manteb Sudarsono.

Setelah beberapa saat coba dipulihkan, Gadhing Pawukir yang sudah mengenakan pakaian dalang, muncul di Pendopo Tunggul Pawenang.

Kisah Paguyuban Wargo Laras Setelah 100 Hari Ditinggal Ki Seno Nugroho, Tetap Bersama dalam Berkarya

Ia didampingi mentornya, yang akrab disebut Mas Gendut Dalang Berijazah, terus diupayakan bisa tampil prima. Ibunya juga mendampingi Gadhing.

Sembari menunggu kesiapan Gadhing, persiapan pentas diisi tetembangan dan alunan gending gamelan. Delapan sinden Wargo Laras Classic tampil.

Gadhing masih terlihat lelah, lesu, keringat terus bercucuran di dahinya. Ia dipijat ibunya, sembari dipeluk. Sementara Gadhang Prasetyo bersiap memulai pentas.

Akhirnya, meski kondisi Gadhing Pawukir belum terlihat fit, Ki Gadhang Prasetyo membuka pentas berlakon pendek Wahyu Cakraningrat.

Sembari menunggu segmen kedua, bagian yang akan dipentaskan Gadhing, Gadhang Prasetyo tampil lugas, percaya diri, dan semakin menunjukkan kematangannya.

Setelah menyelesaikan babak pertama, giliran Gadhing Pawukir memainkan babak perang.

Sempat jeda beberapa saat, Gadhing bangkit dan naik ke panggung.

Diiringkan tepuk tangan wiyogo dan beberapa penonton di pendopo, Gadhing Pawukir langsung memainkan adegan peperangan antara Anoman dan pendukung Lesmana Mondrokumoro.

Tapi babak peperangan tak mampu diselesaikan secara utuh. Kondisi fisik yang tidak prima membuat Gadhing turun panggung lebih cepat.

Pentas akhirnya dituntaskan Gadhang Prasetyo.

Menurut Gatot Jatayu, kru Wargo Laras Classic dan orang dekat almarhum Ki Seno, Gadhing kemungkinan drop fisiknya sesudah ziarah ke makam ayahnya di Astana Semaki Gedhe Rabu sore.

"Dia suka mabuk kalau naik kendaraan, itu sepertinya bikin dia tidak fit," kata Gatot kepada Tribunjogja.com di sela-sela pentas.

Ibu Gadhing, Agnes Widyasmoro mengakui kondisi fisik anaknya kurang bagus.

Setelah pentas pembuka Gadhang dan Gadhing, Ki Manteb Sudarsono muncul melanjutkan pergelaran utama mengambil lakon Babat Lokapala.

Ini merupakan pentas nazar Ki Manteb Sudarsono, yang sepeninggal Ki Seno berjanji akan pentas tepat di peringatan 100 harinya.

Nazar itu pernah diungkapkan Ki Manteb Sudarsono secara langsung saat peringatan 7 hari almarhum Ki Seno Nugroho, maupun lewat beberapa konten-konten wawancara You Tube.

Acara peringatan 100 hari meninggalnya Ki Seno Nugroho digelar sejak Rabu siang di kediaman keluarga Ki Seno Nugroho di Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, DIY.

Acara akan dimulai pukul 13.00 WIB berupa wayang “Ruwat Sukmo Ki Seno Nugroho” oleh Ki Manteb Sudarsono. Dilanjutkan tahlil dan kenduri hingga pukul 17.00 WIB.

Malam harinya, mulai pukul 20.00 WIB digelar serangkaian acara memperingati 100 hari Ki Seno Nugroho yang meninggal dunia pada 3 November 2020 akibat sakit.

Persembahan pertama disajikan Kinan, Jenar, dan Alif lewat video klip "Tribute to Bapak" yang diputar di siaran daring ini.

Kinan dan Jenar adalah kakak adik, putri kesayangan Ki Seno Nugroho. Video klip ini menampilkan lagu yang diciptakan Kinan dan kawan-kawan bandnya.

Agnes Widyasmoro membimbing semua anak-anaknya naik mobil tua kesayangan almarhum, berkeliling sembari menembangkan lagu.

Saat video klip ini diputar, reaksi penonton siaran daring di kanal You Tube Dalang Seno menunjukkan emoticon tangis, dan ekspresi kesedihan.

Tunaikan Nazar, Siang Tadi Ki Manteb Sudarsono Gelar Ruwatan di Peringatan 100 Hari Ki Seno Nugroho

Wargo Laras Siap Lanjutkan Pentas Wayang Climen

Sementara setelah lama absen wayang climen akibat kebijakan ketat pembatasan social, Wargo Laras Classic akan kembali melanjutkan pergelaran mulai Jumat (12/2/2021).

Pentas perdana Wargo Laras diisi Uyon-uyon Wargo Laras persembahan Sobat Ngebyar. Acara disiarkan daring.

Malam berikutnya, Sabtu (13/2/2021), dalang kondang asal Rembang, Ki Sigid Ariyanto, akan pentas climen bersama Wargo Laras.

Sigid Ariyanto ini dikenal murid pertama Ki Seno Nugroho. Ia dalang yang piawai menirukan bagongan khas Ki Seno Nugroho.

Hari berikutnya, Ni Elisha Orcarus Alasho, perempuan dalang asal Sulawesi Tengah, akan tampil perdana setelah sekian bulan absen pentas.

Jadwal pentas berikutnya 23, 26, dan 27 Februari 2021.

Secara berurutan menampilkan dalang Ki Kiswan Dwinawaeka dan Ki Geter Pramudji Widodo.

Keduanya dalang Wargo Laras.

Bagongan Ki Seno Nugroho “Hidup” Lagi di Tangan Ki Sigit Aryanto

Meninggalnya Ki Seno Nugroho dan Testimoni Ki Manteb

Dalang Ki Seno Nugroho meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Gamping, 3 November 2020 sekitar pukul 21.30 WIB.

Ia wafat pada usia 48 tahun.

Kematian mendadak putra dalang legendaris Ki Suparman ini ditangisi ribuan penggemarnya dari berbagai daerah di Indonesia dan yang berada mancanegara.

Sore sebelum dilarikan ke rumah sakit, Ki Seno Nugroho masih berkeliling kampong naik sepeda.

Ia ditemani warga Gayam.

Di perjalanan, Ki Seno Nugroho tiba-tiba merasa lelah dan berkeringat dingin, lalu dijemput dan dibawa pulang ke rumahnya di Gayam.

Malamnya, sekitar pukul 19.00, ia dibawa istrinya ke RS PKU Muhammadiyah, disertai beberapa orang dekatnya.

Saat itu Ki Seno Nugroho masih bisa diajak berkomunikasi.

Tak berselang lama, ia mendapatkan penanganan di ICCU, dan akhirnya tidak bisa tertolong.

Di detik-detik akhir hidupnya, Ki Seno Nugroho ditemani istri dan beberapa asisten pribadinya.

Ki Seno Nugroho dikebumikan di Astana Semaki Gedhe, Umbulharjo, setelah dilepas lewat upacara tradisi di pendopo Tunggul Pawenang, Gayam.

Ribuan pelayat berdatangan sejak malam hingga melepas almarhum Ki Seno di Semaki Gedhe.

Almarhum meninggalkan seorang istri, Agnes Widiasmoro dan tiga anak.

Ki Manteb Sudarsono memiliki kisah panjang berkaitan karir pedalangan Ki Seno Nugroho.

Ia tidak bisa hadir di pemakaman dalang yang sudah dianggap anaknya sendiri.

Tapi Ki Manteb Sudarsono hadir di acara peringatan 7 hari almarhum Ki Seno Nugroho, menyerahkan kenang-kenangan tiga wayang ke Gadhing Pawukir, putra Ki Seno Nugroho.

Ki Manteb Sudarsono, mengatakan ia amat sangat kehilangan atas meninggalnya Ki Seno Nugroho.

Ki Seno Nugroho sudah dia anggap anaknya sendiri.

Manteb mengatakan pernah menerima permintaan Ki Suparman sebelum meninggal, agar mendidik putranya itu.

Diberitakan Tribunjogja.com beberapa hari sesudah meninggalnya Ki Seno Nugroho, ki Manteb membuat testimoni via kanal You Tube Ki Puthut Wijanarka, dalang asal Sragen.

Ki Puthut saat itu sengaja bertamu ke kediaman Ki Manteb Sudarsono, ditemani Ki Joko Edan, dalang dari Jawa Timur.

Mereka meriung berdiskusi, tepat tiga hari setelah meninggalnya Ki Seno Nugroho.

Selain mengungkapkan kesedihannya yang mendalam, Ki Manteb menyampaikan pesan khusus.

Pesan itu ditujukan ke semua penggemar Ki Seno Nugroho, serta secara khusus pesan dan permintaan ditujukan ke putra almarhum, Gading Pawukir.

Ki Puthut Wijanarka di videonya membeber suatu saat pernah mendengar pengakuan Ki Seno Nugroho, ia bisa jadi dalang yang digemari karena Ki Manteb Sudarsono.

Bahkan Ki Seno pernah merasa “habis” ketika ia diminta berduet sepanggung bersama Ki Manteb Sudarsono saat pentas di sebuah perusahaan media di Yogyakarta.

“Mosok saya harus duet sama bapake (Ki Manteb), ibaratnya habis darah waktu itu,” ungkap Ki Putut menceritakan pengakuan Ki Seno bertahun lalu.

Saat itu Ki Manteb Sudarsono sudah sedemikian popular sebagai dalang yang sangat terampil.

Sabetannya dan aksi panggungnya amat memukau.

Kinan, Jenar, dan Alif Persembahkan Lagu untuk Mendiang Ki Seno Nugroho

Ki Seno Fans Berat Ki Manteb Sudarsono

Lewat konten video di akun You Tube, beberapa kali Ki Seno Nugroho mengungkapkan, ia mulai fanatik dan ingin mendalang serius sejak pertama kali menonton pertunjukan Ki Manteb Sudarsono di Sasono Hinggil Dwi Abad, Alun-alun Kidul Keraton Yogyakarta.

Saat itu Seno Nugroho muda diajak Ki Suparman, ayahnya.

Seno takjub melihat aksi panggung Ki Manteb yang sangat atraktif, lain dari pertunjukan wayang umumnya.

Seno Nugroho menonton pertunjukan semalam suntuk itu sampai selesai.

Ia yang menonton di posisi terdepan, sampai menolak saat diajak pulang ayahnya.

Lewat bahasa campuran Jawa dan Indonesia, Ki Manteb secara khusus meminta semua penggemar Ki Seno Nugroho merenung.

“Yang kehilangan bukan hanya kalian, aku kelangan. Seno itu bisa terkenal, laris, aku senang bukan main. Ini berarti apa yang ku tanam benar-benar tumbuh,” kata Ki Manteb.

“Nah, saiki wis dipanggil Gusti, jangkane memang wis tekan semono, kodrate Seno,” lanjutnya sembari meminta siapa saja penggemar fanaik Ki Seno Nugroho merenung.

“Ayo merenung bareng, kalian nanti cari kira-kira siapa dalang yang bisa menggantikan rasa kehilangan Seno. Kira-kira siapa, kalian yang menentukan, bukan saya,” kata ki Manteb.

Dalang yang sabetannya memukai ini mengaku sudah berulang-ulang mengingatkan agar semua dalang dicintai warga.

“Siapapun dalangnya, cintailah, biar wayang kulit semakin membanggakan dan populer. Meski memang setiap penggemar wayang itu pasti punya idola,” kata Ki Manteb. (Tribunjogja.com/xna)

Berita Terkini