TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Di tengah situasi pandemi dan status siaga Gunung Merapi, penanganan warga yang saat ini masih tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III maupun yang telah menempati barak-barak pengungsian menjadi tantangan tersendiri yang belum pernah dialami sebelumnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana memastikan warga dalam KRB III maupun ratusan pengungsi yang kini berada di barak pengungsian di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman tertangani dengan baik.
"Kami terus berkoordinasi dengan BNPB, komunitas-komunitas relawan, dan SAR DIY terkait kondisi Merapi. Kami memastikan penanganan terhadap warga yang berada dalam bahaya bisa ditangani dengan baik," ujarnya dalam diskusi daring di kanal YouTube sonjo jogja, Minggu (15/11/2020).
Dengan status siaga ini, lanjut Biwara, komando penanganan darurat berada di Kabupaten Sleman.
Sementara, BPBD DIY bersifat sebagai pendukung dalam penanganan darurat Merapi.
"Pengungsian masih ada di barak pengungsian Glagaharjo baik di balai desa setempat maupun SD di sana," tuturnya.
Baca juga: BPPTKG Jelaskan Potensi Arah Ancaman Erupsi Gunung Merapi, Ini Penjelasannya
Baca juga: Mengintip Bilik Asmara Tempat Pengungsian Warga Terdampak Gunung Merapi
Ia menjelaskan, ada dua hal terkait situasi pandemi yang perlu diperhatikan di pengungsian.
Pertama adalah bagaimana melindungi kelompok rentan agar terlindungi dari Covid-19. Yakni, manajemen para pengungsi harus menerapkan protokol kesehatan.
Kedua, penerapan protokol kesehatan sangat dipengaruhi oleh interaksi antar orang.
Hal ini memerlukan pengelolaan untuk meminimalisir terjadinya klaster baru Covid-19 di pengungsian.
"Jadi interaksi dalam barak itu ada interaksi dengan orang luar, ada petugas, ada relawan, juga potensi di luar itu.
Itu perlu kita kelola agar potensi ini bisa memberikan kontribusi secara efektif, tetapi juga meminimalisir potensi penyebaran Covid-19 itu," ungkapnya. (Tribunjogja/Maruti Asmaul Husna)