Kisah Dosen UGM Berjuang Melawan Covid-19, Isi Waktu Ikuti Seminar Internasional Daring

Penulis: Maruti Asmaul Husna
Editor: Ari Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Tomy Listyanto saat mengisi Webinar UGMUpdate, Kamis (1/10/2020).

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kita tak pernah benar-benar tahu apakah termasuk orang yang bebas dari Covid-19. Kecuali sudah dibuktikan melalui swab test PCR, mengingat Covid-19 bisa menyerang tanpa disertai gejala apa pun.

Meskipun penjagaan diri telah dilakukan dengan maksimal, saat takdir sudah ditentukan untuk terkena Covid-19, tak ada pilihan lain kecuali berjuang menghadapinya.

Hal itu lah yang dirasakan Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Tomy Listyanto, S.Hut., M.Env.Sc., Ph.D.

Tomy menceritakan, ia mendapat kabar terkonfirmasi positif Covid-19 pada 19 Agustus 2020.

Ia tak pernah mengetahui dari mana dan kapan bisa tertular virus SARS-CoV-2.

Terlebih, sejak awal Covid-19 merebak, Tomy termasuk orang yang ketat menerapkan protokol kesehatan dan anjuran pemerintah.

“Saya termasuk yang menjaga sekali. Tiga bulan pertama (Covid-19 diumumkan di Indonesia) saya betul-betul di rumah dan sangat mengurangi sekali untuk keluar,” ujar Tomy dalam bincang-bincang daring #UGMUpdate Cerita UGM Lawan Covid-19, Kamis (1/10/2020).

Setelah sekian bulan lebih banyak di rumah, pada awal Agustus Tomy berangkat ke Surabaya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan luar kota.

Sebelum berangkat, ia menjalani rapid test pada 7 Agustus di Gadjah Mada Medical Center (GMC) dan dinyatakan nonreaktif.

Pada 9 Agustus barulah ia berangkat ke Surabaya.

“Saya melakukan ganti masker sehari sampai 8 kali. Selama di perjalanan kami juga menerapkan protokol kesehatan. Termasuk saat di hotel, hand sanitizer kami pakai untuk menyemprot apa-apa yang kami tempati,” tuturnya yang mengaku pergi bersama beberapa anggota tim.

Selesai bertugas di Surabaya, Tomy pulang ke DIY dan melakukan swab test di Rumah Sakit Akademik UGM sesuai prosedur yang diterapkan Satgas Covid-19 UGM.

“Dikatakan hasil swab selesai 5-7 hari. Lalu saya minta dites rapid untuk cadangan, keluarnya nonreaktif. Hasil swab keluar 19 Agustus, ternyata hasilnya positif,” ungkap Tomy.

Ia termasuk pasien yang tidak mengalami gejala apa pun.

Setelah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Sleman, Tomy diizinkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

Dengan dukungan penuh dari istri dan anaknya, Tomy menjalani isolasi selama 14 hari hingga 27 Agustus.

“Saya menempati kamar belakang di rumah. Istri dan anak di bagian depan,” ucap Tomy.

Perasaan ragu sempat dialami Tomy antara memberitahu kolega terdekatnya bahwa ia terkonfirmasi positif Covid-19 atau tidak.

Namun, sang istri memberi dukungan penuh untuk bersikap terbuka.

Menurut sang istri, jika sembunyi-sembunyi justru akan lebih berat menghadapi ini.

Tomy pun melaporkan kondisinya ke Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Wakil Dekan Bidang SDM, dan kolega dosen melalui grup WhatsApp.

Hal itu bertujuan agar rekan-rekan yang pernah berinteraksi dengannya untuk interospeksi terkait kontak yang dilakukan.

“Lebih baik terus terang. Malah ada manfaatnya, banyak tetangga dan teman-teman yang baik. Kalau pagi dan sore itu ada banyak cantelan-cantelan bahan makanan di rumah saya. Orang paham, kita sudah berusaha sekuat apa pun tapi takdir itu yang menentukan Yang Mahakuasa,” bebernya.

Hal selanjutnya yang dilakukan Tomy dan keluarga adalah membangun aspek psikologi. Istri dan anaknya sangat mendukung, meskipun menempati area berbeda di rumah. Menurutnya, jika yakin bahwa kita sudah berusaha, maka bisa sembuh dan akan tetap sehat.

Namun, tak dipungkiri, selama menjalani isolasi Tomy terkadang dihinggapi perasaan bingung yang tidak biasa.

“Sebelumnya yang biasa saja, jadi merasa ini sesak apa bukan, batuk apa bukan, walaupun selama isolasi itu saya olahraga teratur, minum vitamin,” katanya.

Ia pun mencoba menerapkan pola hidup sehat dengan maksimal.

Di antaranya, tidur 8 jam sehari, makan makanan yang bergizi, mengonsumsi madu dan vitamin, berjemur minimal 15 menit antara pukul 08.00-10.00 WIB, serta olah raga 30 menit setiap hari.

“Selain itu rutinitas sehari-hari ya, masih sempat memeriksa tugas mahasiswa, mengisi seminar, ikut seminar internasional di sela-sela itu. Pokoknya merasa sehat supaya jiwanya tetap sehat,” jelas Tomy.

Di samping itu, ia selalu berdoa meminta kepada Yang Mahakuasa untuk diberi kesembuhan.

UPDATE 1 Oktober 2020: Jumlah Total COVID-19 Indonesia Lampaui 290 Ribu, Hari Ini Bertambah 4.174

Lebih Berhati-hati Setelah Dinyatakan Sehat

Setelah dinyatakan sehat dari Covid-19, Tomy mengungkapkan lebih berhati-hati saat beraktivitas.

Semisal, lebih menjaga jarak saat harus melakukan kegiatan luring dan selalu menyediakan peralatan sendiri.

Selain itu, terkait penggunaan masker, Tomy memilih menggunakan masker N95 jika harus berada di tempat yang meragukan dan menggunakan masker bedah saat di tempat biasa.

“Sehari berganti masker 6-8 kali, sampai rumah saya kumpulkan di plastik khusus lalu saya bakar,” bebernya.

Ditanya terkait pandangan orang lain yang bertemu dirinya setelah sembuh, uniknya, Tomy tak segan bertanya terlebih dahulu.

“Saya tanya dulu, takut enggak sama saya, kalau takut ya jangan dekat-dekat,” kata Tomy.

“Kalau di jalan ada yang belok itu ya sudah diterima saja. Satu dua (orang) pasti ada, mereka juga berhak berhati-hati, seperti kita juga berhak berhati-hati untuk menjaga jarak,” sambungnya.

Tomy berpesan, jika tidak penting lebih baik masyarakat tetap berada di rumah.

Selain itu, yang sering terlupa adalah menjaga jarak.

“Kadang antara teman sendiri merasa dekat, padahal enggak tahu kita yang bawa atau dia yang bawa (virus),” tandasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkini