TRIBUNJOGJA.com Amerika -- Penyebaran virus corona di Amerika Serikat sudah tembus angka 2 Juta Kasus hingga Kamis (11/6/2020).
Total meninggal tercatat sebanyak 115.130 kasus dan pasien sembuh Covid-19 tercatat sebanyak 803.917 kasus.
Melansir kontan yang mengutip laporan Reuters, secara nasional, infeksi baru sedikit meningkat setelah lima minggu mengalami penurunan.
Sebagian dari peningkatan ini adalah karena lebih banyak pengujian yang dilakukan.
Asal tahu saja, jumlah pengujian yang dilakukan mencapai rekor tertinggi pada 5 Juni dari 545.690 tes dalam satu hari.
Peningkatan kasus baru-baru ini kemungkinan merupakan hasil dari lebih banyak orang yang beraktivitas kembali dan melanjutkan beberapa kegiatan bisnis karena seluruh 50 negara bagian secara bertahap dibuka kembali.
Aksi unjuk rasa besar nasional tanpa jarak sosial setelah 25 Mei akibat kematian George Floyd di tangan polisi Minneapolis dapat menyebabkan lonjakan kasus corona dalam beberapa minggu mendatang.
Reuters melaporkan, para pejabat kesehatan meyakini bahwa kasus virus corona AS pertama kali muncul pada bulan Januari, dan negara mencatat 1 juta kasus pada tanggal 28 April.
Sejauh ini, pada bulan Juni, terdapat rata-rata 21.000 kasus baru per hari dibandingkan dengan rata-rata 30.000 per hari pada bulan April dan 23.000 sehari di bulan Mei.
Total kematian terkait virus corona di AS telah melampaui 112.000, juga merupakan yang terbesar di dunia.
Pada 12 Mei, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan kepada pemerintah bahwa sebelum dibuka kembali, tingkat orang yang sudah melakukan pengujian positif virus corona harus tetap di level 5% atau lebih rendah untuk setidaknya 14 hari.
Tingkat hasil tes positif di AS berfluktuasi antara 4% dan 7% secara nasional dan belum memenuhi pedoman tersebut, meskipun banyak negara bagian yang memilikinya.
Beberapa negara bagian masih melaporkan tingkat positif di atas ambang batas WHO pekan lalu, dengan Maryland 8%, Utah 9%, Nebraska 9%, Virginia 9%, Massachusetts 11% dan Arizona 12%.
Kondisi Politik
Kedutaan Besar AS mengatakan pada hari Rabu (10/6/2020), Amerika Serikat akan segera memulai kembali operasi konsulatnya di kota Wuhan, China, tempat wabah virus corona baru ditemukan pertama kali pada akhir tahun lalu.
Melansir Reuters, Duta Besar AS untuk China, Terry Branstad mengatakan, pihaknya berniat untuk melanjutkan operasi di Wuhan dalam waktu dekat.
Keterangan tersebut disampaikan oleh Frank Witaker, menteri penasihat untuk Urusan Publik di kedutaan, dalam email yang dikirimkan kepada Reuters, tanpa memberikan tanggal yang spesifik.
Menyegarkan ingatan saja, Departemen Luar Negeri AS menarik staf konsulat dan keluarga mereka pada akhir Januari setelah pemerintah China mengunci kota itu untuk mencegah penyebaran virus.
Wuhan, sebuah kota di China tengah dengan populasi sekitar 11 juta orang, telah menjadi penyebab sebagian besar kasus dan kematian virus corona China, meskipun epidemi telah mereda di sana dan di bagian lain negara itu.
Sejak mewabahnya pandemi, virus corona telah menyebar secara global, menginfeksi lebih dari 7 juta orang dan menewaskan lebih dari 410.000 orang.
Sementara itu, laporan CNN menunjukkan, Departemen Luar Negeri AS mengirim pemberitahuan kepada Kongres yang mengatakan bahwa “Pada saat hubungan AS-China di posisi kritis, sangat penting pos diplomatik kami di China dikelola dengan baik.”
"Departemen berencana untuk melanjutkan operasi di Wuhan sekitar 22 Juni, meskipun siap untuk mengubah jadwal ini berdasarkan situasi yang berkembang," kata pemberitahuan itu.
"Titik kritis" antara Beijing dan Washington terjadi setelah ketegangan tumbuh di berbagai bidang. Kedua negara terlibat dalam permainan menyalahkan tentang asal usul virus dan penanganan satu sama lain dari krisis kesehatan masyarakat.
Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo juga menuduh Beijing awalnya menutupi kasus virus corona dan gagal mencegah penyebarannya ke luar China. (*)